Ps. Buat semua yang sudah merelakan waktunya untuk membaca, bahkan ada yang komen dan vote. I do thank for you all, guys.
Saya tahu ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya butuh kritik dan saran dari kalian. Mau sepedas apapun itu, saya akan mencoba menghadapinya dengan kepala dingin karena di sini saya juga sedang belajar.
Saya bukan orang yang rajin update cerita, it's totally true. But I'm trying to give you from beginning until ending. Buat cerita ini sendiri, mungkin beberapa dari kalian menganggap terlalu bertele-tele alurnya, tapi saya memang nggak ada niat buat buru-buru. Hanya saja ketika alur keterlaluan lambatnya, tolong ingatkan saya.
Saya juga minta maaf karena part ini ngaret. Yang harusnya diposting sejak sabtu, eh jadi baru sekarang bisa. Ini semata-mata karena saya terlalu menikmati menonton film "Fifty Shades of Grey" setelah dua bulan menunggu. Dah yah, menurut saya masih bagusan novelnya.
Okay then, happy reading guys.
Unexpected Moment-2
"Sorry sudah buat lo repot," kata Yoga begitu aku menutup kamar tamu dimana Drew terlelap.
"It's okay. Lagipula Drew anak yang menyenangkan." Balasku apa adanya. "Ini, gue taruh mana?" Tanyaku sambil menunjukkan gelas kosong bekas susu Drew..
"Biar gue saja yang naruh."
Kutahan tangannya yang hendak mengambil alih gelas. "Gue sekalian mau ambil belanjaan di dapur sebelum pulang."
"Okay, taruh saja di wastafel dapur."
Begitu Yoga selesai menjawab, aku lantas menuju dapurnya. Rasanya aku tidak sanggup lebih lama lagi berhadapan dengannya jika ingin cepat move on.
Gerakanku di dapur bagaikan robot. Begitu terarah dan kaku. Meletakkan gelas di wastafel bersama dengan peralatan yang kotor lainnya lalu mencuci tangan. Tapi lagi,lagi keberuntungan seperti menghindariku. Siapa yang menyangka kalau aku akan ketiban sial terkena semprotan keran yang jebol di apartemen mewah? Hell...o ini apartemen dengan harga ratusan juta kan ya?
Panik, aku mencoba menghindari semburan air, tapi semuanya terlambat. Kemejaku basah dan sekarang aku mungkin lebih mirip tikus dari got.
"Ya Tuhan!" Seru Yoga sambil menarikku menjauh dari sumber air. Ia melihat penampilanku dari atas sampai bawah dengan tatapan yang... kasian.
"Lo bayar apartemennya nunggak ya?" sewotku tanpa tedeng aling-aling. Siapa yang bisa berpikir jernih jika berada dalam kondisi 'nggak banget' di depan cowok yang disuka? Pasti otak langsung sibuk memikirkan kambing hitam penyebab kekacauan agar kita tidak kelihatan bego. Dan aku juga melakukannya hal seperti itu. Tapi parahnya orang yang kusalahkan adalah dia yang kuinginkan menjadi orang terakhir untuk melihat kebodohanku.
"Gue akan hubungi pihak pengelola untuk membereskan kekacauan ini." Seperti tak peduli dengan keadaan dapur yang bisa banjir, Yoga lantas menarikku ke ruangan yang berada tepat di samping kamar tamu.
"Ini—" Aku tidak mampu melanjutkan perkataanku saat ia menghentikan langkahnya. Demi apa lho gue bisa punya kesempatan berada di kamarnya hot guy macam Yoga?!
"Lo diam saja di sini." Yoga meninggalkanku di ambang pintu dan aku dengan bodohnya menurut saja. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin aku mau pecicilan di kamar orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You (Slow Update)
General FictionYuvanka Maharani adalah seorang mahasiswi semester lima yang juga seorang foto model. Niat terbesarnya melakukan modeling di tengah jadwal kuliah yang padat adalah untuk melihat Yoga, iya karena laki-laki. Cinta dalam hati, itulah yang ia lakukan. I...