Malam ini adalah malam Minggu. Walaupun hari ini tidak termasuk ke dalam jadwal rutin kencan tiap dua minggu Jeana dengan Wilfred, mereka tetap bertemu malam ini. Dua hari lalu, Wilfred menelepon Jeana, meminta gadis itu menemaninya ke pesta pembukaan restoran milik salah satu koleganya.
Salah satu hal yang kini sudah menjadi kebiasaan di antara Jeana dan Wilfred adalah menjadi plus one satu sama lain di setiap acara formal. Sepertinya sudah lebih dari lima kali Jeana menemani pria itu ke acara formal seperti pesta pernikahan atau pesta yang diadakan kolega bisnis lainnya.
"You... look great tonight."
Jeana baru saja duduk di kursi penumpang dan memakai seat belt ketika Wilfred meliriknya sekilas dan memujinya dengan volume suara yang begitu rendah, hampir saja tidak terdengar.
Yang dipuji lantas menoleh ke arah Wilfred sambil tercengang. Barusan Wilfred memujinya? Walaupun Jeana sudah setuju untuk memberikan tunangannya itu kesempatan untuk memperbaiki sikapnya, hal ini tetap saja masih terasa asing baginya.
"Really?"
"Yup."
"... Thanks?" jawab Jeana tidak percaya, matanya masih tidak lepas dari wajah Wilfred.
Wilfred lalu berdeham, berusaha bersikap seperti biasa walaupun wajahnya sekarang sudah merona. Jeana sendiri lalu mengalihkan pandangannya ke kaca depan mobil. Diam-diam, ekor matanya masih memerhatikan pria yang sedang menyalakan mobil.
Sudah hampir dua minggu berlalu sejak Wilfred tiba-tiba datang ke kantor Jeana, mengajaknya makan malam, dan mengatakan bahwa ia akan berusaha memperbaiki sikapnya kepada gadis itu.
Yang Jeana tidak ketahui adalah betapa sulitnya bagi Wilfred untuk bahkan mencapai tahap ini. Pria itu membaca hampir selusin buku tentang dating and relationships, hasil berburunya di beberapa toko buku. Mika sempat mengatakan bahwa ia adalah guru yang lebih baik dari semua buku itu, tetapi menurut Wilfred, kurikulum Mika terlalu dewasa dan advanced untuknya.
Untuk saat ini Wilfred tidak butuh diajari bagaimana caranya menuntun Jeana melakukan sesi make out di dalam mobil atau membuat gadis itu menghabiskan malam yang hangat bersamanya. Oke, Wilfred bisa menyimpannya untuk lain kali. Saat ini yang paling penting adalah bagaimana membuat Jeana bisa merasa lebih nyaman bersamanya dan bagaimana hubungan mereka bisa menjadi lebih erat, lebih seperti pasangan yang sudah bertunangan pada umumnya.
Misi pribadi Wilfred hari ini adalah memperlakukan Jeana layaknya seorang gentleman dan mencurahkan perhatian lebih kepadanya. Memuji penampilan gadis itu adalah langkah pertama. Masih ada langkah selanjutnya.
"Ah, hampir saja aku lupa," ucap Wilfred, tidak jadi menginjak pedal gasnya.
Pria itu lalu menjulurkan tangannya ke kursi belakang, mengambil sesuatu di sana.
"Ini, untukmu."
Jeana lagi-lagi terbelalak karena tingkah Wilfred malam ini.
Kali ini, bukan cokelat atau boneka yang pria itu sodorkan, melainkan sebuah buket bunga.
"Ini...?"
"Bunga," jawab Wilfred datar. Ingin rasanya Jeana menyentil dahinya, tentu saja matanya masih berfungsi dengan normal dan ia bisa melihat benda apa yang pria itu sodorkan.
"Maksudku, bunga ini... dalam rangka apa?"
"Apakah harus ada alasan khusus untuk memberikan bunga kepada tunanganku?"
Jawaban itu langsung membuat Jeana terdiam, sekarang gantian wajahnya yang merona. Belum cukup sampai di situ, mata Jeana rasanya mau melompat keluar seketika saat membaca pesan pada sebuah kartu yang tersemat di antara sekumpulan bunga mawar merah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...