Klik!
"Reinhaaan, dari tadi kenapa fotoin aku terus sih?" protes Jeana sambil menutupi wajahnya.
Ia dan Han sedang berjalan menyusuri taman kota yang dipenuhi tanaman serta bunga yang berwarna-warni. Hari sudah cukup siang, matahari sedang berada tinggi-tingginya. Cuaca panas membuat orang-orang malas keluar rumah, sehingga taman itu cukup sepi. Namun, bagi Jeana dan Han yang memang menghindari pandangan orang-orang, suasana ini sangatlah tepat.
Sudah seminggu lebih sejak kejadian ciuman pertama Jeana dengan Wilfred. Sudah selama itu juga Jeana tidak bertemu dengan Han, menghindari pria itu karena ia merasa bersalah.
Kemarin malam, Han akhirnya menelpon Jeana. "Aku sedang beres-beres dan nggak sengaja ketemu kamera lama. Mau temenin aku jalan-jalan ke taman sambil ngetes kamera? Takutnya karena kelamaan disimpan jadi rusak," ajak Han ketika menelepon.
Sadar bahwa ia tidak mungkin terus-terusan menghindari Han, Jeana mengiyakan ajakan itu, memutuskan untuk merahasiakan ciuman pertamanya dengan Wilfred. Kebetulan kamera pemberian kakaknya juga sudah tampak berdebu di rak buku. Dulu, Joshua memberikannya sebagai hadiah ulang tahun Jeana. Supaya Jeana lebih sering keluar rumah daripada terus meringkuk membaca novel di dalam kamar, katanya.
Han tertawa sambil melihat hasil jepretannya. Entah sudah berapa foto ia ambil hari ini. Mulai dari air mancur, bunga yang masih kuncup, deretan pohon dengan daun yang lebat, lalu Jeana, Jeana, Jeana, dan Jeana. Han juga tidak sadar, entah sejak kapan ia malah terus menerus memotret gadis itu.
Senyum Han semakin lebar melihat potret yang ia ambil barusan. Jeana terlihat cantik dengan latar hijaunya pepohonan dan sinar matahari yang menyorot wajahnya.
"Nggak apa-apa kan? Aku tadi baru sadar kalau kita belum pernah foto bareng. Bahkan aku belum punya foto kamu," jawab Han santai.
Mata Jeana membulat, "Benar juga! Kita sama sekali belum pernah foto bareng. Yuk!"
Jeana lalu menarik tangan Han untuk duduk di bangku taman. Ia lalu mengeluarkan ponsel dari sling bag miliknya dan membuka aplikasi kamera dengan cepat.
"Han, ayo! Lihat sini!"
Han terkekeh melihat Jeana yang sudah siap dengan pose andalannya, senyum lebar dengan dua jari membentuk simbol 'peace'. Ia lalu duduk merapat ke arah Jeana dan memasang pose yang sama.
"Ganti gaya!" Jeana memberi instruksi dengan antusias.
Tidak terasa mereka akhirnya mengambil banyak foto dengan berbagai pose dan ekspresi. Keduanya tergelak ketika melihat foto mereka satu per satu. Awalnya mereka tampak canggung, tapi lama kelamaan pose dan ekspresi mereka semakin lucu dan tidak tahu malu.
"Semuanya bagus! Ternyata kita cukup fotogenik," komentar Jeana sambil manggut-manggut.
"Mungkin maksudmu, aku yang fotogenik?" ledek Han tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel Jeana.
"Okay, Mr. Handsome," sahut Jeana setengah mencibir. "Menurutmu, mana yang paling bagus?"
Han mengambil ponsel yang Jeana sodorkan. Ia lalu tampak berpikir keras sambil melihat-lihat semua foto mereka. "Yang ini."
Pilihan Han jatuh pada sebuah foto yang menampilkan mereka berdua tersenyum lebar sambil menatap satu sama lain. Foto yang diambil pada mode burst shot, ketika mereka saling menertawakan pose konyol masing-masing.
"Setuju. Menurutku yang ini juga paling bagus. Kita terlihat puas banget ketawanya," ucap Jeana masih mengagumi foto itu.
Han mengangguk setuju. Namun, sedetik kemudian, Jeana langsung memekik melihat apa yang pria itu lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...