Serenity.
Private room yang sama.
Wanita yang sama.
Han menatap Jeana dengan malas, seolah-olah gadis itu lintah darat yang tidak berhenti mengejarnya. Ia baru saja menyatakan poinnya dengan jelas tempo hari dan sekarang gadis itu kembali lagi?
"Mau apa—"
"Han, tolong dengarkan aku. Aku janji ini... akan menjadi terakhir kalinya aku datang ke sini..." potong Jeana dengan nada tegas yang tak terbantahkan.
Mendengar nada itu, Han terdiam. Ia duduk bersandar pada sofa, bersiap mendengarkan apa yang ingin Jeana katakan. Di satu sisi, ia merasa lega karena mendengar ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Namun, di saat yang sama, kenapa Han juga merasa dadanya terasa perih?
"Kamu tahu... Kamu adalah cinta pertamaku. Awalnya aku tidak menyangka semua akan menjadi seperti ini. But I couldn't help falling for you, Han." Jeana meremas tangannya sendiri, mencoba mengumpulkan tekadnya sebelum bisa melanjutkan. "Masa-masa bersama kamu adalah masa yang paling menyenangkan buat aku. Aku baru tahu ternyata jatuh cinta rasanya semanis itu. Sekaligus sepahit ini..."
Han menunduk, menghindari tatapan mata Jeana. Dalam hati, ia menyetujui semua kata-kata Jeana, karena ia juga merasakan hal yang sama.
Rasanya jatuh cinta dan dicintai kembali.
"Kamu benar. Terlalu banyak hal yang tidak memungkinkan kita bersama. Aku mungkin terlalu naif karena berpikir kita bisa melalui semuanya semudah itu..."
Jeana terdiam sejenak. Han bisa melihat sekilas bahu gadis itu mulai bergetar karena menahan tangis.
"Tapi... perasaan aku tulus, Han. Aku bersungguh-sungguh waktu aku bilang aku ingin mencari jalan keluar untuk kita, bahwa aku percaya kita bisa menghadapi ini semua..." lanjut Jeana di sela isak tangis yang akhirnya tak bisa lagi ia bendung.
"Tapi aku juga sadar, aku egois. Aku nggak mikirin perasaan kamu, beban yang ada di pundak kamu, seberapa sengsaranya kamu kalau aku terus ngotot memaksakan perasaanku..."
Tidak sadar, Han sudah mengepalkan tangannya erat-erat hingga buku jarinya memutih. Sungguh, Han ingin sekali memeluk gadis itu, mencium keningnya dan mengatakan bahwa ia ingin membawanya kabur. Namun, itu akan menghancurkan segala sesuatu yang sudah ia usahakan untuk menjauhkan Jeana darinya.
Tidak boleh.
Han tidak boleh goyah di saat seperti ini.
Namun, Han tidak ingin mendengar lanjutan dari kata – kata Jeana. Apakah saat ini ia memiliki opsi untuk kabur saja? Sungguh, Han tidak siap.
"Aku menyerah. Mulai sekarang aku tidak akan membebanimu lagi dengan perasaan ini. Jadi tolong... jangan sengaja berpura-pura sebagai orang jahat dan merendahkan diri sendiri, ya?"
Han terdiam. Ia buru-buru menundukkan kepalanya semakin dalam, berharap Jeana tidak bisa melihat ekspresinya.
Dada Han sesak. Sekaligus sakit.
Jeana menyerah.
Ia akhirnya mendapatkan hal yang selama ini ingin ia dengar dari Jeana. Ia sudah berhasil membuat gadis itu menyerah, tetapi kenapa rasanya begitu perih? Kenapa Han malah ikut meneteskan air mata?
Menyadari pria yang disayanginya menunduk dan menangis, tangis Jeana semakin menjadi. Ia kini terisak, hingga kesulitan untuk bernapas dengan normal, apalagi berbicara.
Di tengah isak tangisnya, gadis itu mengumpulkan seluruh tenaganya dan mengulurkan tangan kepada Han.
"Reinhan, terima kasih atas semuanya selama ini. Semoga kita bisa menemukan kebahagiaan kita masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...