©Claeria
Mati gaya.
Itulah yang terjadi pada Jeana ketika sudah hampir seminggu ia ditinggal pergi dinas keluar negeri oleh Wilfred. Ketika mengantar pria itu ke bandara beberapa hari yang lalu, Jeana bersikeras kepada Wilfred kalau dua minggu tergolong relatif singkat dan ia bisa menjamin kalau ia tidak akan merindukan pria itu sebagaimana Wilfred meledeknya.
Namun, lihat apa yang terjadi kepadanya. Di malam Minggu ini, ketika semua orang bersenang-senang bersama kekasih atau teman mereka, Jeana sudah hampir empat kali bolak balik rute ruang tengah-kamar-dapur. Ia menyalakan televisi sebentar hanya untuk menatap layarnya dengan tatapan kosong, lalu beranjak ke kamar untuk melihat-lihat novel di rak bukunya, lalu ke dapur membuka kulkas dan memerhatikan isinya hanya untuk ia tutup kembali.
Yemima, seperti pasangan kebanyakan di luar sana, pergi nonton dengan tunangannya yang kini sudah sah menjadi suaminya, sementara Viona dipaksa orang tuanya untuk ikut ke acara arisan keluarga.
Keluarganya? Papa dan Mama pergi makan malam bersama teman-teman kuliah mereka, sementara Joshua pergi ke pertemuan teman-teman gereja. Tadinya, Joshua juga mengajaknya ikut, tetapi Jeana tidak mengenal mereka terlalu baik sehingga ia menolak halus tawaran itu.
Selama setahun belakangan ini, Jeana tidak pernah tinggal diam di rumah di akhir pekan. Wilfred selalu mengajaknya pergi, walaupun hanya untuk makan malam atau meminta Jeana menemaninya ke toko buku. Sesungguhnya, Jeana menyadari bahwa Wilfred melakukan itu supaya ia tidak berdiam saja di kamar lalu merenung sendirian dan membiarkan pikirannya melayang kemana-mana. Terutama ke pria yang sekarang entah berada di mana.
Tampaknya Jeana benar-benar kena karma. Dua hari lalu, ketika ia makan malam bersama Viona di salah satu restoran ramen dekat kantornya, sahabatnya itu menyindirnya keras.
"Makan kali, jangan liatin handphone melulu. Kalo nungguin Mas Pacar nelpon, keburu lodoh itu ramennya!" ucap Viona nyinyir kala itu.
"Siapa yang nungguin Wilfred nelpon?" Jeana mendengus dan langsung meletakkan ponselnya di atas meja.
Ia sudah meraih sumpitnya dan mengaduk-aduk ramennya ketika sebuah notifikasi muncul di layar ponsel. Dengan kecepatan cahaya, Jeana langsung menoleh dan mengambil ponselnya. Ia memelototi layar benda itu sesaat sebelum bahunya terkulai karena mendapati pesan dari operator di sana.
Viona yang menyaksikan semua itu hanya bisa geleng-geleng kepala dan berdecak dramatis. Ia lalu memanyunkan bibirnya seraya mencibir, "Siipi ying ninggiin Wilfrid nilpin? Hilih!"
Di lain waktu, Jeana bahkan mengomel kepada boneka kucing yang ia namakan Will ketika tunangannya tidak membalas pesan atau pun mengangkat teleponnya. "Papa kamu tuh sesibuk apa, sih? Bikin khawatir aja nggak ada kabarnya begini!"
Konyol? Memang. Dia sendiri tidak paham kenapa kepergian Wilfred membuatnya berlaku seperti ini.
Suara pintu yang dibuka berhasil membuat Jeana menoleh dari layar televisi. Tidak lama kemudian, Joshua muncul dari balik tembok, matanya melebar melihat Jeana di sana.
"Lho? Tumben nonton Animal Planet?" tanya pria itu sambil menatap adegan singa berlari-lari di layar.
Jeana hanya tertawa sumbang dan segera menekan tombol power pada remote. Ia terlalu sibuk melamun sejak tadi sampai-sampai tidak menyadari acara televisi yang diputar.
"Nggak bosan di rumah aja?" tanya Joshua sambil ikut duduk bersandar di sofa.
"Bosan banget!"
Joshua tertawa, "Kamu kayak anak ayam kehilangan induk kalo lagi ditinggal Wilfred begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...