"Taraaa! Sekarang kita terlihat seperti sepasang jerapah!" Jeana tertawa puas setelah memakaikan bando dengan motif jerapah lengkap dengan dua antenanya di kepala Han.
Han sendiri ikut tertawa ketika melihat pantulan mereka di kaca restoran yang mereka lewati. Mengenakan baju berwarna senada, lengkap dengan bando yang sama, siapa pun yang melihat Han dan Jeana pasti akan langsung mengetahui bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang menghabiskan hari Minggu mereka untuk berkencan di Dufan.
"Tidak ada jerapah yang hanya setinggi kamu," ledek Han sambil menepuk-nepuk puncak kepala Jeana, membuat gadis itu sontak merengut.
"Anggap saja aku ini jerapah balita!" protes Jeana.
Masih tertawa lebar, Han lalu meraih tangan Jeana dan menggandengnya sambil menyusuri area taman bermain itu, "Selanjutnya kamu mau coba naik wahana yang mana?"
Jeana melirik ke sekeliling, berusaha mengabsen wahana apa saja yang sudah mereka naiki. Halilintar, Tornado, Kora Kora, dan Niagara Gara sudah mereka naiki sebelum membeli bando jerapah di toko souvenir tadi.
"Kamu sendiri ingin naik yang mana, Han? Tadi pagi kamu yang paling bersemangat untuk datang ke sini," tanya Jeana.
Tadi pagi, ketika matahari belum sepenuhnya menampakkan diri di langit, Han sudah menelepon Jeana dan mengajak gadis itu berkencan di Dufan. Katanya, walaupun sudah lama tinggal di Jakarta, Han sama sekali belum pernah mengunjungi tempat rekreasi itu. Ketika Jeana mengiyakan, ia bisa mendengar bagaimana Han langsung berseru kegirangan di seberang sambungan telepon.
"Aku ingin naik wahana yang lebih santai. Rasanya jantungku dipaksa berolahraga dari tadi," ujar Han sambil mengelus dadanya.
"Bagaimana kalau naik Turangga Rangga?" usul Jeana sambil melihat pamflet.
"Apa itu?" Han mendekatkan wajahnya, ingin ikut membaca pamflet di tangan Jeana.
"Itu lho, mainan yang ada kudanya."
"Ahhh, tadi aku lihat antreannya cukup panjang di sana. Bagaimana kalau yang lain saja?"
Jeana lalu mengedarkan pandangannya, berusaha mencari wahana yang tidak memacu adrenalin. Matanya lalu membulat dan tangannya menunjuk dengan penuh semangat ke arah sebuah wahana. Han langsung menoleh ke arah yang Jeana tunjuk dan mengangguk setuju.
***
"Ayo buka matamu, ini nggak menyeramkan sama sekali!" tawa Han terdengar memenuhi udara, ia berusaha menarik kedua tangan Jeana yang sedang menutupi matanya.
Jeana sendiri yang tadi memilih wahana bianglala, tetapi ketika wahana mulai bergerak dan mereka berada beberapa meter di atas tanah, gadis itu malah mencicit ketakutan dan menutupi kedua matanya.
Perlahan, Jeana menyingkirkan tangannya dan mulai membuka mata, "Be-benar?"
"Iya, jangan lihat langsung ke bawah. Coba lihat ke arah sana, kita bisa lihat laut dari sini," ucap Han sambil menggenggam tangan Jeana, berusaha memberikan rasa aman kepada gadis itu.
Jeana menggigit bibirnya dan perlahan mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Semilir angin menerpa wajahnya dan hamparan laut berwarna biru menyapa netranya. Matanya membulat dan keringat dingin berhenti mengalir di telapaknya.
"Bagaimana? Nggak seram kan?"
Jeana langsung mengangguk bersemangat, tidak henti-hentinya mengagumi pemandangan laut di hadapannya, "Ini tidak seburuk yang aku kira. Ah, ternyata aku cukup berani juga ya, Han!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...