Chapter 9

3.9K 366 7
                                    

"Surprise!!!"

Mika hanya bisa menganga melihat ketiga temannya muncul di depan pintu rumahnya. Tanpa menunggu izin si pemilik rumah, Jun, Hiro, dan Wilfred langsung masuk ke dalam, meninggalkan Mika di ambang pintu masuk.

"Ngapain lo pada ke sini?!" omel Mika penuh emosi. "It's fuckin' Saturday!!!"

"Ya ngapain lagi kalau bukan main? Masa kita mau ngadain seminar di sini?" oceh Jun sembarangan sambil menaruh dua kantong plastik besar berisi camilan yang ia bawa di meja depan televisi.

"Ya tapi kenapa nggak ngomong dulu— Kampret! Will, jangan seenak jidat malah pasang PS gue!" semprot Mika kepada Wilfred yang diam-diam sudah menyetel game di playstation kesayangan Mika.

Ini orang kenapa kayak hantu, sih? Nggak ada suaranya, batin Mika.

"Tadinya kita mau pergi bareng. Jun mau main golf, gue mau ke gallery, sementara Will mau ke toko buku. Karena nggak ada yang nyambung dan ujungnya berantem, kita ambil jalan tengah," jawab Hiro memberikan penjelasan sambil dengan santainya menuangkan Dom Perignon milik Mingyu ke gelas.

"Dan jalan tengahnya adalah main ke rumah gue?!" Mika mengacak rambutnya frustrasi, sementara ketiga temannya mengangguk santai.

Teman-temannya memang sudah ia anggap seperti keluarga, ia juga tidak masalah kalau mereka datang tiba-tiba. Tapi, kenapa harus malam minggu begini? Mika baru saja mau menelepon model yang baru saja ia ajak kenalan minggu lalu untuk bermain ke rumah. Namun, terima kasih kepada tiga tuyul menyebalkan ini, rencananya gagal.

"Dasar jomblo lo semua! Cari pacar makanya, biar malam minggu tuh perginya sama pacar!"

"Mika, mending main sama temen lho, daripada bikin dosa main cewe mulu," Jun menasihati dengan wajah polosnya, membuatnya dihadiahi lemparan bantal dari si pemilik rumah.

"Will nggak jomblo, tapi nggak pergi sama calonnya, tuh," bantah Hiro sambil menunjuk Wilfred dengan dagunya. Yang ditunjuk hanya terdiam, tetap fokus pada gamenya di layar televisi.

"Eh, ngomong-ngomong, gue penasaran. Will, lo setelah makan malam waktu itu pernah ngedate nggak sih sama Jeana?" tanya Jun, tangannya merogoh sebungkus keripik yang barusan ia buka.

"Belum."

Satu kata singkat itu langsung membuat tiga pria lainnya melongo. Jun bahkan sampai menjatuhkan keripik kentang yang sudah ia pegang ke dalam kantongnya kembali.

"ITU ACARA UDAH BERAPA MINGGU LALU?!"

"AJAKIN DATE DONG, BEGO!"

"LO MAU DITINGGAL DULUAN SEBELUM NIKAH DAN JADI JOMBLO SELAMANYA?"

Mendapat serangan bertubi-tubi seperti itu, Wilfred hanya bisa menatap wajah teman-temannya satu per satu dengan kedua alis bertaut.

"Kenapa kalian ngegas begitu?" tanya Wilfred datar.

Mika menarik napas dalam-dalam, mencegah dirinya mengumpat lagi.

Sabar, Mika, sabar.

"Biasa aja, dong," lanjut Wilfred, seolah-oleh reaksi ketiga temannya berlebihan.

Oke, Mika tidak bisa sabar.

"GIMANA MAU BIASA? LO-NYA AJA KAYAK GITU?!" semprot Mika, didukung oleh Hiro dan Jun yang kini manggut-manggut.

"Bikin malu gue aja. Sebego-begonya Jun, masih lebih parah lo! Matiin PS gue! Lo butuh ditatar!" omel Mika, membuat Jun melongo namanya turut disebut serta Wilfred mematikan game-nya sesuai perintah Mika. Keempat pria itu lalu duduk melingkar di karpet bulu empuk di tengah ruangan.

Poison [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang