Han bolak balik berguling ke kanan dan kiri di sofa. Sudah dua hari ia dilarang dokter untuk masuk kerja dan diwajibkan untuk beristirahat di rumah. Han yang biasanya bertemu dan menghabiskan lebih dari dua per tiga waktunya untuk berinteraksi dengan orang lain tentu merasa mati gaya diam di rumah. Ia bahkan sudah tidak ingat berapa kali ia bolak balik memindahkan channel televisi dan membuka tutup kulkasnya hanya karena mencari sesuatu untuk dilakukan.
Kata orang, rasa bosan dapat membuat kita melakukan hal bodoh yang seharusnya tidak diperlukan. Kata-kata itu terbukti dengan jelas pada Han sekarang. Sejak tadi ia mengetik di layar ponselnya lalu berakhir dengan menghapusnya. Sudah lebih dari empat kali kegiatan itu ia ulangi.
Sejujurnya, Han merasa tidak bisa tenang. Sudah dua hari berlalu sejak Jeana berkunjung ke tempatnya dan sudah dua hari pula gadis itu tidak memberinya kabar. Apakah terjadi sesuatu padanya? Otak Han yang terlalu sering mendengar beragam cerita unik nan ajaib dari kliennya mulai mengarang berbagai skenario.
Han tidak tahu Wilfred Wiraatmadja pria macam apa. Yang pasti, kekhawatiran Han yang nomor satu adalah kalau terjadi sesuatu di antara Wilfred dan Jeana. Ada puluhan skenario yang Han bisa susun di kepalanya ketika mendengar seorang pria dan wanita muda dibiarkan berduaan saja di dalam sebuah apartemen. Sayangnya, seluruh skenario di kepala Han itu entah mengapa selalu berakhir dengan adegan Wilfred dan Jeana yang saling bertatapan mesra, dalam pelukan satu sama lain.
Imajinasi yang Han ciptakan itu membuatnya merasa gelisah sendiri pada akhirnya. Kepalanya dipenuhi oleh Jeana, Jeana, dan Jeana. Tidak bisa menenangkan pikirannya, Han akhirnya mengirimkan sebuah pesan kepada wanita itu.
Han: Jea, barang-barang kamu masih ada di apartemenku
Han: Kapan mau diambil?
Ha! Kalimat pembuka yang sungguh basi. Sejak kapan seorang Han hanya bisa menuliskan kalimat klise seperti itu?
Ah, sudahlah. Han tidak peduli. Mungkin, kebodohan ini terjadi karena pengaruh obat-obatan. Tidak biasanya Han mengirimkan sebuah pesan tidak bermutu seperti itu.
Jeana: Oh, benar juga.
Jeana: Kapan aku bisa ambil? Kamu nanti malam ke Serenity?
Fyuuuuh! Kadang Han bersyukur Jeana bukanlah lawan dengan tingkat pengalaman yang setara dengannya. Gadis itu tidak ambil pusing dengan berbobot atau tidaknya pembicaraan mereka, maupun berkelas atau tidaknya kata-kata Han, dan Han suka itu.
Han: Masih belum dibolehin kerja sama dokter
Han So, here I am, kayaknya udah ada lumut tumbuh saking lamanya ada di apartemen
Jeana: Tupperware sama lock and lock aku nggak berlumut kan?
Han: Jadi kamu lebih mengkhawatirkan mereka? L
Jeana: Kamu kan pasien, harus nurut sama kata dokter :P
Jeana: Jadi, gimana nasib anak-anak aku?
Han: Come to my place if you'd like to know
Jeana: Wow, is this an excuse to see me? Miss me so much, huh?
Jeana: Kidding :P
Han: I do, though?
Jeana: Apanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...