©Claeria
"Meong!"
Dua kucing British Shorthair milik Jun yang diberi nama Cleo dan Patra mengeong manja sambil menghampiri Wilfred yang menarik perhatian mereka dengan mengulurkan sebungkus makanan kucing di tangannya.
Minggu ini, giliran Jun yang menjadi tuan rumah untuk pertemuan rutin mereka. Juragan bisnis restoran dan kafe itu kini sedang bolak balik dari dapur ke ruang tengah untuk membawakan berbagai jenis camilan. Mulai dari kentang goreng, keripik singkong, risoles, hingga tiramisu.
"Jadi, selanjutnya gue pengen bikin cat cafe gitu di Bandung. Menurut kalian gimana?" tanya Jun dengan volume kencang dari dapur, memastikan semua teman-temannya mendengar pertanyaannya.
"Kenapa cat cafe sih? Nggak mendingan maid cafe aja?" tanya Mika dengan senyum iseng di wajahnya.
Jun memutar bola matanya malas, "Maid cafe itu terlalu berisiko, apalagi di negara kita. Kalau tamunya mesum kayak lo, maid-nya bisa kena pelecehan berkali-kali."
"Sialan, gue nggak pernah pelecehan, ya. I always ask for consent," bantah Mika, begitu tidak terima sampai ia mengalihkan perhatiannya dari Nintendo Switch milik Jun.
"Belum nanti kalau malah diduga tempat hiburan tidak senonoh, bisa diadili warga sekitar," lanjut Jun tidak memedulikan protes yang dilayangkan Mika.
"Emangnya cat cafe banyak cuannya? Atau lo sebenarnya cuma pengen memuaskan hobi sendiri aja?" tanya Hiro dengan senyum sarkas.
Jun hanya meringis sambil menaruh camilan-camilannya di meja ruang tengah, tidak bisa memungkiri tuduhan Hiro. Para sahabatnya sudah hapal kalau ia benar-benar menyukai kucing. Mulai dari memelihara kucing, berdonasi untuk yayasan pecinta kucing, mem-follow akun-akun kucing terkenal di media sosial, dan kini ingin membuka cat cafe.
"Lumayan, kan, nanti Cleo sama Patra ada temen-temennya. Orang-orang yang nggak bisa pelihara kucing juga jadinya bisa main dengan kucing yang sudah jelas terjamin kebersihan dan kesehatannya. Ya nggak, Will?"
Yang ditanya hanya menjawab 'Ya' sambil bermain dengan penuh semangat bersama Cleo dan Patra.
Sama seperti Jun, Wilfred juga sangat menyukai kucing. Namun, karena Bunda alergi terhadap kucing dan binatang berbulu lainnya, Wilfred terpaksa mengurungkan niatnya untuk memelihara binatang menggemaskan itu.
"Nah, makanya minggu depan gue mau ajak kalian main ke cat cafe yang baru buka di Kemang. Gimana?" ajak Jun dengan mata berbinar sambil menatap sahabat-sahabatnya bergantian.
"Gue pass deh, minggu depan ada janji ketemu engkong," jawab Hiro.
"Gue juga nggak ikut," jawab Mika, "Lo tau kan anjing baru gue si Nasi sensitif banget kalo gue pulang abis pegang binatang lain?"
Jun membuang napas dengan bahu terkulai, tinggal satu harapannya yang tersisa. "Lo gimana, Will? Ikut kan?"
"Boleh aja, kayaknya gue kosong," jawabnya cepat, masih asyik bermain dengan Cleo dan Patra.
Jun baru saja hendak melanjutkan obrolan ketika tiba-tiba ponsel Wilfred berdering nyaring. Pria itu langsung menghentikan kegiatannya ketika melihat nama penelepon di layar ponsel.
"Halo, Jea."
"Hmmm...?"
"Minggu depan? Ah, minggu depan jadwalku kosong."
Jun langsung menyipitkan matanya, bukankah Wilfred baru saja mengiyakan ajakannya pergi ke cat cafe?
"Eh? Cat cafe baru di Kemang?" Wilfred melirik ke arah Jun yang langsung memelototinya. Mulut Jun komat kamit, telunjuknya menunjuk dirinya sendiri, memberi kode kepada Wilfred untuk menyertakannya jika Jeana juga mengajaknya ke cat cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [COMPLETED]
RomanceDijodohkan dengan Wilfred Wiraatmadja, si manusia es yang dingin dan kaku, membuat Jeana merasa kehilangan harapan untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti di novel-novel yang ia baca. Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan host papan...