Chapter 24

3.1K 265 3
                                    

Ada sebuah pemandangan langka di Black Pearl Bar malam ini. Seorang Wilfred Wiraatmadja menenggak sebotol besar bir, membuat Hiro dan Jun melongo melihatnya. Pria itu bahkan sudah memesan beberapa botol lagi di atas meja, siap menemani malam mereka. Hiro dan Jun hanya saling bertatapan, belum berani bertanya kepada Wilfred yang tiba-tiba mengajak mereka berkumpul di malam Minggu seperti ini.

Ketika seorang Wilfred yang biasanya memilih bergelung dalam selimut sambil membaca buku tiba-tiba mengajak mereka pergi, apalagi ke bar untuk minum-minum seperti ini, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Oleh karena itu, tidak ada satu pun dari mereka yang menolak ajakan tersebut, termasuk Mika yang sempat marah-marah karena kencannya malam ini terpaksa dibatalkan.

"Will, pelan-pelan aja minumnya. Lo kalo haus jangan minum bir begini," tegur Hiro sambil merebut botol bir dari tangan Wilfred.

"Lo kenapa, sih?" tanya Jun tidak bisa membendung rasa penasarannya.

Wilfred hanya duduk diam dengan tatapan kosong, tidak menjawab pertanyaan itu. Jun lalu menyikut Hiro yang duduk di sebelahnya, "Udah mabok apa, ya?"

"Belum, bego. Baru juga minum dikit."

Jun baru saja membuka mulutnya, hendak membalas Hiro, ketika suara langkah berat seorang pria menghampiri meja mereka.

"Woy! Lo nih— bener-bener, ya! Nggak sadar ini hari apa?! Gue sampe batalin date gue demi datang ke sini!"

Mika mengomel sambil menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelah Wilfred. Tanpa permisi, ia lalu mengambil botol bir dari atas meja dan menenggak langsung isinya banyak-banyak. Si pemilik botol tidak protes, masih duduk diam saja setengah melamun.

"Terus cewek lo gimana, Mik?" tanya Jun penasaran.

"Ya gue bujukin lah. Gue undur besok date-nya. Untung jadwal gue besok masih kosong," jawab Mika.

"Cewek lo masih sama kayak yang kemarin? Siapa tuh namanya... Elisa?" tanya Hiro berusaha mengingat-ingat. Daftar perempuan yang pernah menjadi pacar seorang Mika sudah begitu panjang, sampai-sampai ia sering tertukar. Ingatkan Hiro kalau suatu hari ia mencari pacar maka ia harus mengeceknya dalam daftar itu. Hiro tidak sudi punya pacar yang namanya ada dalam catatan hitam Mika.

"Gue masih sama Elisa. Kalau yang ini namanya Jennifer," lanjut Mika santai sambil lalu melanjutkan minumnya.

"Two-timing lo?" tanya Jun sambil geleng-geleng.

"Dua-duanya tahu dan mereka nggak masalah, tuh?" Mika mengangkat bahunya.

"...Sek..."

Mendengar sebuah suara lirih, Hiro, Jun, dan Mika langsung menoleh ke sumber suara. Wilfred masih melamun, tapi mereka benar-benar yakin suara barusan berasal darinya.

"Gimana, Will?" tanya Mika, menggeser posisinya mendekat.

"Gue bilang 'dasar brengsek'!" umpat Wilfred dengan suara lantang, membuat tamu-tamu lain menoleh ke arah mereka. Ketiga temannya yang lain hanya bisa duduk membeku di tempat sambil melongo, tidak percaya dengan pemandangan di depan mereka.

"Lo tuh pernah mikir nggak sih gimana perasaan cewek-cewek itu?! Gimana rasanya diduain, ditigain, atau berapain itu?" Wilfred mengomel, kali ini dengan volume suara tidak sekeras tadi. "Nggak kasihan sama mereka? Lo kira nggak sakit diperlakukan kayak gitu?!"

Wilfred menyelesaikan omelannya dengan napas terengah-engah. Ia lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya, mencoba menemukan kembali ketenangan dalam dirinya.

"Lo kenapa, sih?" tanya Mika dengan dahi berkerut, tidak kalah sewot.

"Will, calm down, ya. Lo kok tumben, sensitif banget," ujar Hiro dengan nada yang lembut.

Poison [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang