Setelah menyelesaikan mandinya, Elxyera segera mengenakan pakaiannya dibantu oleh Irvette. Pelayan itu tidak banyak bertanya lagi mengenai malam Elxyera yang kemungkinan besar dihabiskan di kediaman putera mahkota dan tubuhnya yang dipenuhi beberapa bercak merah di beberapa sisi. Tentu saja semua orang akan berpikiran begitu melihat dia diantar pangeran pagi ini.
Tapi sebagai pelayan yang setia, Irvette tidak bertanya lebih jauh.
"Bagaimana, Tuan Puteri?" tanya Irvette seraya memandangi majikannya dengan pandangan berbinar senang. Menurutnya, mau pakai baju apapun, Elxyera akan selalu terlihat cantik di matanya. Rambut panjang sepinggul berwarna pirang keemasan, dan mata merah muda bagaikan warna batu kristal rubellite pucat. "Anda terlihat begitu cantik!"
Elxyera memandang penampilannya beberapa kali di cermin besar di hadapannya, memutar tubuhnya ke beberapa sisi untuk melihat penampilannya. Dia mengakui bahwa penampilan mudanya pun terlihat cantik. Dulunya bahkan dengan bodohnya sempat berpikir kalau kecantikan ini bisa memikat Arsen. Tapi Avyce sendiri jauh lebih cantik darinya.
Gaun merah marun itu nampak cocok di badannya. Terlihat sederhana tanpa adanya renda selain pada bagian potongan lehernya. Perhatiannya pun kembali tertuju pada Irvette dan mengangguk lembut.
"Terima kasih, Irvette. Sekarang, sebaiknya aku segera mengunjungi Ayah. Aku harap beliau masih ada di ruang kerjanya," gumam Elxyera seraya berputar lalu melangkah ke arah pintu. Irvette cepat-cepat mengekor di belakang sang Puteri, memperhatikan dalam diam sejenak, meskipun sedikit bingung apa yang ingin dibicarakan Elxyera dengan Tuan Duke. Mungkin ingin membahas dirinya yang pulang terlambat pagi ini tanpa mengabari.
"Tuan Duke masih berada di ruang kerjanya, Tuan Puteri. Meskipun satu jam lagi beliau akan berangkat ke kota Wegriest."
Elxyera mendengar dengan baik ucapan Irvette. Mengingat kesibukan Ayahnya sebagai tangan kanan Emperor Fargaven, pria itu sering berpergian. Namun meskipun begitu, Tuan Duke tetap saja menyempatkan waktu untuk keluarganya di sela-sela kesibukannya.
Ah, sekarang Elxyera merasa bersalah karena telah menjadi anak yang begitu durhaka pada orang tuanya sampai rela mengorbankan kedua sosok berharga itu di kehidupan sebelumnya.
Langkah Elxyera terhenti di depan sebuah pintu ganda dari kayu setelah berjalan menyusuri lorong mansionnya, turun ke lantai satu dan tiba di depan ruang kerja ayahnya. Dia dengan segera mengetok pintu itu beberapa kali dengan sopan.
"Masuk."
Ucapan berwibawa dari dalam ruangan sudah cukup menjadi jawaban baginya. Dan Irvette pun segera membukakan pintu itu bagi Elxyera seraya membungkukkan badannya. Wanita berambut pirang itu pun segera berjalan masuk dan berdiri di depan pintu. Dengan segera Elxyera membungkuk sopan dan mengangkat sedikit sisi gaunnya untuk memberikan hormat bagi pria berambut perak di dalam ruangan itu.
Netra peraknya memandang Elxyera seolah menilai sesuatu, mengabaikan berkas-berkas yang ada di atas mejanya sejenak sebelum akhirnya tersenyum lembut pada Puteri satu-satunya itu.
"Salam bagi Tuan Duke Cresentra," salam Elxyera dengan penuh kesopanan sebelum akhirnya kembali menegakkan badannya. Netranya menangkap senyuman lembut Ayahnya.
"Duduklah, Elxyera. Aku dengar kau baru kembali pagi ini. Apa semalam kau berada di kediaman putera mahkota?"
Pertanyaan itu langsung pada intinya. Bahkan Ayahnya tidak mengalihkan pandangan itu dari Elxyera, membuat sang gadis seketika gugup. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, karena meskipun dia adalah seorang Puteri mahkota, tunangan Arsen, tetap saja rasanya tidak sopan jikalau tinggal di kediaman pangeran bahkan tanpa memberikan kabar pada keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Repetita Princess : Princess Want to be Abandoned by The prince
Фэнтези{Original Story} Ketika Elxyera mati terbunuh, dia mengira disitulah akhirnya. Mungkin ini sudah menjadi takdir baginya karena telah menjadi seorang putri yang jahat, kejam dan begitu keji pada tunangan baru pangeran yang dia cintai dan dulunya menj...