Ruang singgasana kerajaan Fargaven begitu mewah dan besar. Dihiasi dengan warna perak, emas dan hitam di berbagai sisi. Di ujung atas ruangan, di atas panggung kebesaran ruang singgasana, terdapat dua buah kursi singgasana besar untuk Emperor dan Empress kerajaan Fargaven, lalu kursi singgasana kebesaran yang sedikit berbeda di sisi kursi emperor untuk putera mahkota.
Sosok pria berambut hitam terlihat tengah duduk di kursi kebesaran Emperor kekaisaran Fargaven. Di usianya yang sudah menginjak usia akhir 40 tahunan itu, wajahnya masih terlihat muda namun juga mengitimidasi di satu sisi. Mata hitam sekelam malam itu tidak teralihkan dari tiga orang yang berdiri di bawah panggung kebesaran istana, memberi hormat padanya.
Emperor Crovis dier Fargaven, begitulah nama pemimpin dari kekaisaran Fargaven ini. Pria yang memiliki hati sekeras batu di medan perang di masa lampau. Pria yang bahkan masih ditakuti oleh kerajaan-kerajaan lain hingga sekarang.
"Salam bagi cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia Emperor. Saya Hellion vel Cresentra bersama Duke Diziel vir Clifton dan Nona Ivory Azurrio datang menghadap," ucap Hellion dengan sopan seraya memberikan hormat terdalamnya bagi sang pemimpin kerajaan Fargaven.
Di sisinya, Diziel dan Ivory pun membungkuk sopan memberikan hormat bagi Crovis. Pria yang bahkan tidak mengubah ekspresi wajahnya melihat kedatangan tamunya itu. Dia memang sudah mengetahui bahwa Duke of Evenezer akan datang ke sini untuk menyampaikan beberapa pesan dari Frontina.
Mengingat bahwa Frontina dan Fargaven pun memiliki hubungan yang baik, Artemis yakin kalau ini pasti memiliki banyak hubungan dengan keadaan saat ini. Walaupun sudah memasuki era damai, tiap kerajaan tentunya harus menjaga hubungan baik itu pula, kan.
"Selamat datang di Kekaisaran Fargaven, Duke Clifton, Nona Azurrio," ujar Crovis pada ketiganya, mengayunkan sebelah tangannya perlahan dan ketiga orang tersebut pun kembali menegapkan badannya. Diziel terlihat tersenyum sopan dengan sapaan dari Crovis.
Seperti rumor yang pernah didengarnya, Emperor dari kekaisaran Fargaven ini memiliki aura mengintimidasi yang kuat. Di masa kecilnya, Diziel sudah pernah mendengar berbagai ceria mengenai para kaisar dari kerajaan lain. Salah satunya adalah sosok yang paling ditakuti, Crovis dier Fargaven.
Diziel bahkan mengingat salah satu cerita dimana Crovis bahkan tidak memerlukan pengawal untuk melindunginya dalam medan perang , karena sebelum orang lain bisa sempat membunuh pria itu, musuhnya akan langsung mati duluan dengan kekuatan sihir hebat milik Kaisar Fargaven. Namun di balik semua kengerian itu, Crovis adalah pemimpin yang begitu bertanggung jawab.
Kerajaan Fargaven bahkan begitu makmur di dalam pemerintahan Crovis dier Fargaven. Dan dengan bantuan dari Hellion vel Cresentra sebagai tangan kanannya, semuanya justru berjalan semakin baik.
Meskipun bersekolah di Akademi sihir Philosthilea, Diziel sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan Crovis. Dia terlalu sibuk dengan kehidupan sekolahnya, dan setahun ini sibuk dengan pekerjaan menjadi Duke untuk mengurus kerajaan Frontina. Dan sekarang dia datang untuk menyampaikan beberapa pesan pada kaisar dari Fargaven.
Diziel jadi terpikirkan dengan putera langsung dari Crovis, Arsen yang jenius. Di Akademi sihir, pria itu bahkan memiliki kejeniusan yang melebihi orang lain. Di usia muda, Arsen sudah bisa menggunakan sihir yang hebat, berlatih pedang dengan mudahnya, dan kepintaran yang mengagumkan.
Keluarga yang mengerikan. Mungkin Arsen akan sama ditakutinya seperti Crovis nantinya ketika pria itu mengantikan Ayahnya sebagai Kaisar Fargaven.
"Terima kasih banyak sambutannya, Yang Mulia. Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Kaisar Fargaven secara langsung seperti ini," balas Diziel atas sambutan ramah sang kaisar. Senyuman sopan menghiasi wajahnya. Walaupun Crovis terlihat mengerikan di mata orang-orang, bagi Diziel, pria di hadapannya ini adalah sosok yang pantas dihormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Repetita Princess : Princess Want to be Abandoned by The prince
Fantasy{Original Story} Ketika Elxyera mati terbunuh, dia mengira disitulah akhirnya. Mungkin ini sudah menjadi takdir baginya karena telah menjadi seorang putri yang jahat, kejam dan begitu keji pada tunangan baru pangeran yang dia cintai dan dulunya menj...