Epilog

27 3 0
                                    

'Tak'

Hhh ...”

Seorang wanita terlihat memejamkan matanya sejenak, lalu kembali mengambil ponsel lipat yang tergeletak disebelahnya itu.

Bibirnya menipis seiring dengan nada dering yang tidak kunjung terputus, yang menandakan kalau panggilannya itu diangkat oleh nomor tujuan.

“Tolong angkatlah,” gumam wanita itu, seraya melirik seorang bayi yang sedang tertidur pulas di ranjang lusuh itu.

'Tak'

Wanita itu akhirnya menyugar rambutnya ke belakang, seraya menaruh kembali ponselnya. Sudah terhitung genap empat kali dia menghubungi orang yang sama, namun tidak kunjung ada balasan.

Sang bayi yang sedari tadi tidur pulas, mendadak bergerak dalam tidurnya. Seakan menyadari keresahan sang ibunda, lalu wanita itu langsung menggendong putranya yang baru berusia satu bulan itu.

'Drrt ... drrtt'

Berselang satu menit, ponsel wanita itu pun bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

'Jangan mencoba kabur dari kami, Alen. Kami sudah tahu semuanya'

Wanita itu memejamkan matanya sejenak, bohong kalau dirinya tidak merasa frustasi sekarang, bohong kalau dirinya mengatakan baik-baik saja sekarang. Dia, Galena Ankara tidak benar-benar baik saja.

Menatap teduh putranya yang sedang tertidur pulas dalam gendongannya, putranya yang merupakan buah cinta terlarangnya bersama atasannya sendiri itu, menjadi penyemangatnya untuk bertahan hidup didunia yang kejam ini.

Galena memantapkan hatinya kembali, kemudian berusaha kembali menghubungi nomor sebelumnya. Detik demi detik berlalu, meninggalkan suara nada dering yang terus bersahutan di kontrakan yang besarnya bahkan hanya sebatas kamar mandi milik atasannya itu.

“Halo?”

Netra hitam yang langsung melebar, begitu panggilannya diangkat. Namun, ini bukan suara yang ia inginkan untuk di dengar.

“Halo? Siapa ini?”

Galena terdiam, suara ini terdengar lebih lembut dan feminim.

“Halo? Kalau anda tidak menjawab, saya akan tutup telponnya,” peringat orang diseberang sana yang membuat Galena langsung bersuara.

“J-jangan!” ucap Galena dengan nada hati-hati.

“S-saya Galena, Nyonya Alina,” sambung Galena dengan hati-hati, ia tahu suaranya ini mungkin akan membuat terkejut wanita yang berstatus istri atasannya itu. 

Galena memang tidak tahu diri, dia memang terlalu egois untuk mempertahankan anak dari seorang pria yang bahkan sudah mempunyai istri itu.

Oh, kamu. Ada urusan apa dengan Suamiku?” tanya Alina dengan nada datar, namun tersirat nada ketidaksukaan yang kentara.

Tentu saja, mana ada seorang istri yang akan menyambut selingkuhan suaminya dengan senang hati?. Kalau ada berarti antara dia sudah tidak waras, atau mungkin tidak peduli.

“S-saya ingin berbicara sebentar saja dengan Tuan Rezvan, Nyonya” tukas Galena dengan pelan, ia juga takut membangunkan putranya yang cukup sulit ditidurkan itu.

“Tidak bisa, dia baru saja tertidur,” jawab Alina dengan cepat, dan ketika Galena ingin menjawab kembali terdengar suara seseorang yang sepertinya sedang merebut ponselnya kembali itu.

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang