44 | Kenyataan Pahit (2)

18 1 0
                                    

“Lihat foto ini,”

Rey menunjukkan sebuah potret seorang wanita yang terlihat cukup cantik itu, kenapa ia bilang begitu? Karena menurut Varrel wanita yang paling cantik adalah mamanya.

“Apakah kau merasa familiar dengan wajah itu, Gavarrel?,” tanya Rey diikuti senyumannya membuat Varrel menatap lekat-lekat foto itu.

“Entahlah, aku tidak yakin. Apakah dia teman lama Mama?,” tanya Varrel seraya mengembalikan potret itu ke atas meja Varrel.

Rey menahan tangan Varrel yang hendak menaruhnya kembali itu, “Aku berikan foto itu padamu. Mungkin kau merasa familiar dengannya, lumrah saja. Karena dialah ibu kandungmu, Galena.”

Rey memang menyimpan foto wanita itu karena dirinya juga sempat mencari tahu tentang wanita itu, tidak terlalu detail tapi cukup untuk mengetahui kalau wanita itu adalah anak yatim piatu yang beruntung bekerja menjadi sekretaris Rezvan.

Varrel langsung menatap pamannya dengan ekspresi bingung, mendadak otaknya blank mencerna informasi itu. Bagaimana ia mempunyai dua orang ibu kandung? Pamannya pasti sedang mengajak bercanda dirinya.

“Paman bercanda kan? Tidak mungkin aku memiliki dua ibu kandung,” ucap Varrel sambil tertawa sumbang.

“Aku tidak dalam mode bercanda, dan kenyataannya kamu hanya punya satu ibu kandung dan itu adalah Galena,” ucap Rey sambil menatap khawatir Varrel, ia tidak bisa membayangkan hari ini akan terjadi. Semua terlalu cepat bagi Reynard.

“Aku tidak percaya kalau hidupku akan seperti drama-drama yang dilihat oleh Haidar,” Varrel menyeka air mata dari tawanya itu, lalu tersenyum menatap pamannya itu.

“Apa sebabnya aku diberi nama Gavarrel?,” tanyanya.

Rey mengangguk kaku, pikirannya menerawang masa lalu seraya menatap Varrel. Mungkin Gavarrel terlihat lebih mirip dengan Rezvan dibanding dengan Galena, dan mungkin hanya beberapa seperti bibirnya dan alisnya saja.

“Kenapa Paman tidak memberitahuku sejak dulu?,” ujar Varrel dengan lirih, seraya menatap potret dirinya sewaktu kecil yang dipajang di ruangan itu.

“Aku sedih sekali, setelah mengetahui kalau aku tidak ada hubungan darah dengan kalian,” ujar Varrel sambil tersenyum menatap Rey.

Rey hanya mengulum bibirnya, lalu berjalan mendekati keponakan yang sangat disayanginya seperti anaknya sendiri itu.

“Dan aku juga membenci bajingan yang menjadi papa kandungku itu,” sambungnya yang membuat Rey menghela nafasnya dengan berat.

“Setiap orang pasti punya kesalahan, kita tidak seperti malaikat yang selalu patuh. Dan karena itu juga kita diberi rasa untuk memaafkan orang lain, berusahalah untuk memaafkan Rezvan, Gavarrel. Walau bagaimanapun dia itu adalah orang tua kandungmu satu-satunya,” jelas Rey dengan hati-hati, seraya meremas pelan bahu Varrel yang sedari tadi terdiam itu.

Fakta itu cukup membuat dirinya terguncang, ingin menyesal tapi tidak ada gunanya juga. Pikiran lelaki delapan belas tahun itu benar-benar kacau sekarang.

“Apakah aku boleh bertanya satu hal lagi?,” tanya Varrel sambil menyingkirkan tangan Rey, lalu menatapnya tanpa datar. Berbeda sekali dengan beberapa menit lalu.

“Tentu saja,” jawab Rey sambil tersenyum

“Paman pasti tahu tujuan sebenarnya nenek kemari, bukan?,”

.





.





.


Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang