Ekstra Part [CentZa]

26 1 0
                                    

"Haruskah aku ucapkan selamat kepadamu, Gavarrel Bratadikara?"

Varrel menatap datar pria berjas yang masih sama sejak lima tahun lalu, yang tidak berubah dan terus saja mengejeknya.

"Apakah itu penting?" Varrel membalas diikuti dengan senyuman terpaksanya. Walau dia sendiri sudah memaki di dalam hati, pria di depannya. Andai saja ini di luar gedung perusahaan milik Quinn Enterprise, ia tidak bisa menjamin ia tidak memukul wajah songong itu.

Ia masih belum terbiasa jika ada yang mengucapkan marga ayahnya itu di belakang namanya.

"Ahaha, sepertinya anda terlihat kesal sekali. Bukankah seharusnya saya yang merasa kesal?" sinis Ivan sambil tertawa, membuat pria berjas di depannya hanya tersenyum simpul.

"Maaf, tuan. Sehabis ini kita ada meeting dengan klien," interupsi sekretaris pria berjas yang berdiri di hadapan Ivan itu, Reno. itu membuat Varrel langsung mengangguk pelan, lalu menundukkan kepalanya sekilas ke arah Reivansyah.

"Karena pekerjaan masih menunggu, sepertinya perbincangan ini bisa dilanjutkan lain waktu. Saya permisi dulu ..." ucap Varrel

"... Tuan Reivansyah sialan," lanjutnya dengan nada lirih di dekat telinga pria itu, membuat Ivan diam-diam mengepalkan tangannya.

"Dia masih saja sama," lirih Ivan seraya menampilkan smirknya, lalu menatap sekretarisnya hingga akhirnya memilih berlalu meninggalkan gedung perusahaan itu.

"Sepertinya anda kenal dekat dengan tuan Wirasena ya, tuan Direktur," ucap Reno yang sekarang sudah duduk disampingnya setelah menyuruh supir untuk melajukan mobilnya.

Varrel memejamkan matanya seraya menghela nafas lelah, baru saja satu tahun dia berada di perusahaan itu. Dan satu tahun itu serasa seperti neraka baginya, karena pekerjaannya yang tidak kunjung usai.

Apalagi hari ini ketika ia memenangkan tender untuk perusahaannya, ia harus bertemu dengan CEO Wirasena Enterprise sialan itu.

"Pernah bertemu satu kali, dan dia orang yang menjengkelkan," jawab Varrel singkat, seraya netranya menatap ke arah jalanan yang dilewatinya.

Sedangkan Reno yang mendengar jawaban Varrel hanya menganggukkan kepalanya, sepertinya direkturnya itu sangat tidak senang membicarakan pria yang sudah beberapa kali masuk televisi dan majalah karena kesuksesan yang diraihnya.

"Dimana tempatnya?" celetuk Varrel seraya melirik Reno yang duduk disampingnya sambil sesekali sibuk dengan berkas-berkasnya itu.

"Di Restoran biasa, Tuan" jawab Reno, yang membuat Varrel mengangguk.

.

.

.

"Sekali lagi terimakasih, dan semoga kerja sama ini berjalan dengan lancar," ucap Varrel tersenyum seraya berdiri dari duduknya, membuat pria yang duduk di hadapannya membalas tersenyum.

"Sama-sama, Tuan," jawabnya seraya menjabat tangan Varrel. Dimana selanjutnya adalah, pak Rendra pun pamit diikuti sekretarisnya.

Akhirnya, batin Varrel seraya membenarkan jasnya, lalu keluar diikuti Reno yang berjalan di sampingnya. Varrel berusaha melonggarkan sedikit dasinya yang terasa mencekik itu, kemudian berusaha mencari tempat ternyamannya di mobil itu.

"Sepertinya hari ini cukup melelahkan bagi anda?" tanya Reno yang disuruh olehnya duduk di sebelah supir itu, ia hanya ingin meluaskan tempat duduknya di belakang supir itu. Entahlah, ia hanya merasa sesak saja.

"Tentu saja, dan sepertinya kerutan di dahi dan pipiku semakin bertambah karena aku sering tersenyum," jawab Varrel sambil memejamkan matanya, membuat pria yang berumur lebih tua tiga tahun darinya dan menjabat sebagai sekretarisnya itu tergelak pelan.

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang