33 | Kenyataan Pahit (1)

11 1 0
                                    

“Aku akan mendaftarkanmu di Universitas yang ada di London, dan aku juga akan membawa Lavina ke sana untuk menyambuhkan trauma psikisnya bersama temanku di sana,”

Varrel hanya bisa diam ketika pamannya memutuskan hal itu tanpa memberitahunya terlebih dahulu, ia sudah terbiasa dengan hal itu. Lagipula ia tidak mempunyai hak untuk menolak hal tersebut.

“Terserah, Paman. Kalau itu sebagai hukumanku, aku terima,” balas Varrel yang membuat Rey tersenyum, keponakannya ini sangat penurut. Entah kenapa sekelebat rasa bersalah memenuhi dadanya.

“Bagaimana keadaan Mama, Paman?,”

Akibat insiden Lavina diculik dan masuk ruang operasi, Alina menjadi syok dan penyakit lamanya kembali kambuh. Namun, menurut dokter Kim ada sebuah penyakit yang disembunyikan oleh kakaknya itu.

“Entahlah, aku hanya bisa berharap dia bisa bertahan,”

Varrel  mengernyit, tidak mengerti dengan ucapan pamannya itu. Kenapa pamannya berbicara seolah dia tidak memiliki kesempatan lagi, dan ada rasa sesal yang mendalam di dalam matanya itu. “Ada apa? Apa yang tidak aku ketahui?,” cecar Varrel yang membuat Rey menghela nafasnya.

Entah kenapa anggota keluarganya menjadi seperti ini, seolah masalah Varrel menghancurkan semuanya. Rey pun sebenarnya tidak mau menyalahkan Varrel karena itu adalah takdir tuhan, tapi mau bagaimana lagi? Waktu itu dirinya terlalu emosi hingga memarahi laki-laki itu.

“Kakak ternyata menderita kanker selama ini, dan ini sudah stadium empat,”

Netra hitam milik Varrel pun sukses melebar, ketika mendengar perkataan pamannya. Kepalanya seolah dihantam oleh palu besar, yang membuatnya sedikit pusing.

“Bagaimana mungkin?! Bukankah Mama hanya memiliki penyakit jantung?,” tukas Varrel yang membuat Rey menatap sedih cowok itu.

Ucapan dokter Kim kembali terngiang ditelinganya, jika kemungkinan buruk itu benar-benar terjadi maka ia kehilangan sebagian hak untuk mengatur Gavarrel.

Selama ini Varrel hanya memiliki nama Kahraman tanpa ada hubungan darah di dalamnya, dan hal ini hanya diketahui olehnya dan kedua orang tua Varrel. Ia tidak bisa menebak bagaimana perasaan anak itu kalau mengetahui yang sebenarnya.

“Paman pun tidak tahu, dan dokter Kim yang memberitahukannya kepadaku tentang ini,” jelasnya yang membuat Varrel lemas seketika, hingga ia harus mengusap wajahnya dengan kasar.

“Kenapa Mama menyembunyikannya?,”

Rey menggeleng seraya menyugar rambutnya ke belakang, membuat dahi lebarnya terlihat. Tanda kalau pria itu juga tidak mengerti, apa yang menjadi alasan kakaknya berbuat seperti itu.

“Lalu sejak kapan ini terjadi?,” Tanya Varrel lagi.

Baru saja beberapa hari lalu dirinya bertemu dengan wanita yang sangat dirindukannya itu, dan sekarang mamanya harus merasakan ranjang rumah sakit yang sangat tidak disukainya itu.

“Sejak kamu lahir,” jawab Rey dengan sendu, membuat Varrel langsung memejamkan matanya kemudian menutupnya dengan kedua telapak tangannya.

“Aku ingin menemui Mama nanti,”

Belum sempat Rey menjawab, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan itu. Membuat keduanya langsung menoleh ke arah pintu. “Masuk,” perintahnya dari dalam, yang langsung membuat orang yang mengetuk masuk ke dalam sambil menundukkan kepalanya.

“Ada tuan Rezvan di luar, Tuan,” tutur Ian.

Varrel yang mendengar itu langsung berdiri, kemudian bergegas melangkah ke luar ruangan itu.

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang