“Mau kemana kamu?”
Varrel langsung menghentikan langkahnya, tanpa menoleh ke belakang pun ia tau persis siapa yang sedang bertanya kepadanya.
“Mau keluar sebentar,” jawabnya sambil mengambil kunci motornya tanpa menghiraukan tatapan garang dari orang di belakangnya.
Rey berkacak pinggang, lalu berjalan menghadang Varrel. “Sebentar kamu itu sampai jam tiga,” sarkasnya.
“Tolong, menyingkirlah,” ujar Varrel dengan nada pelan membuat Rey menaikkan satu alisnya.
Rey mengeluarkan tatapan intimidasinya yang bisa membuat semua orang bawahannya merasa takut, tapi sayangnya tidak berlaku untuk .keponakanya. “Kenapa tadi nggak pulang bareng sama Vina?” tanya Rey yang sudah dalam mode menginterogasi.
Varrel yang tidak mau kalah, juga membalas tatapan Rey dengan tatapan datar nya. Terlihat sekali jika ia malas membicarakan hal ini. “Ada ekskul tadi,” jawabnya singkat.
Rey memicingkan matanya, ia terlihat tidak cukup percaya dengan jawaban yang diberikan Varrel. Tapi, ia tidak melihat kebohongan di mata keponakannya itu. Dan Reynard tidak menyerah dengan terus menatap Varrel dengan tatapan menyelidik.
“Paman tadi lihat Vina pulang dianterin sama cowok, aku kira kamu yang mengantarnya tadi. Dan ternyata bukan,” ucap Rey yang secara tidak langsung meminta penjelasan kepada Varrel.
Varrel melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya, yang hampir menunjukkan waktunya.
Susah sekali untuk mengelak dari pamannya ketika pamannya sedang dalam mode interogasi seperti ini. Paman Rey tidak akan melepaskannya dengan cepat, sebelum pria itu puas dengan jawaban yang diberikannya.
Varrel pun menghela nafas kasar. “Aku sudah menyuruhnya pulang dengan Tristan ataupun Haidar tadi, tapi dia sendiri yang menolaknya,” jelasnya dengan nada sedikit kesal.
“Baiklah, tapi masih ada satu pertanyaan lagi,”
Varrel memutar matanya, seolah berkata 'oh ayolah!' Kepada pria akhir dua puluh tahunan itu.
“Kamu kenal dengan cowok itu?”
Varrel pun menaikkan satu alisnya lalu tersenyum miring. “Nggak, Terserah dia mau pulang sama siapa. Karena itu bukan urusanku,” jawabnya acuh.
Pria bungsu keluarga Kahraman itu menghela nafasnya, Varrel masih susah diatur. Sama sepertinya ketika muda dulu, Rey pun menyerah.
“Aku akan pergi sekarang,” Varrel langsung berjalan melewati Rey, yang sama sekali tidak kembali menghadang jalannya.
Varrel kembali melirik jam tangannya, mungkin mereka sudah berkumpul. Karena waktunya sedikit mulur dari yang ditetapkan, entah apa yang akan dikatakan oleh Deven dkk. Yang jelas Varrel tidak peduli.
-oOo-
Sebenarnya hanya sepuluh menit waktu yang dibutuhkan Varrel untuk sampai ditempat yang sudah dijanjikan, jikalau tidak ada hambatan. Dan sepertinya ia melebihi waktu sepuluh menit itu.
Sudah tidak terhitung beberapa kali ia menerima umpatan dari para pengguna jalan ketika dirinya menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Bahkan, hampir saja dirinya menabrak seseorang yang membuatnya kembali mengulur waktu.
Teman-temannya sudah lengkap berkumpul disana beserta sang penantang dan anak buahnya, Varrel tahu persis tatapan yang dilayangkan Deven ketika dirinya baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varrel-Ga [COMPLETED]
Teen FictionSemua orang berhak bahagia, itu yang dikatakan Mamanya. Dan Gavarrel mencoba untuk mencari kebahagiannya. Semua bermula dari insiden yang melibatkan CEO Brata's Company yang perlahan mengubah setengah hidupnya, rasa bencinya dan sikapnya. Ini semua...