Vote kalau cerita ini kalau menarik
menurut kalian, dan komen kalau ada yang kurang sreg' bagi kalian ... oke?😉Happy reading guys😄~
•◇◇◇•
“Lo mau kemana Vin?” tanya Lea begitu melihat Vina yang hendak keluar kelas setelah dirinya selesai berganti kaos olahraga.
“Gue dipanggil sama pak Yanto,”
Lea pun langsung menganggukkan kepalanya begitu mendengar kalau Vina dipanggil oleh guru bagian tata usaha itu. “Perlu gue antar?” tawar Lea yang tidak langsung disetujui oleh Vina.
“Lo nggak keberatan?” tanyanya.
Lea pun mengibaskan tangannya di depan wajahnya lalu menggelengkan kepalanya, “Nggak usah sungkan, lagian juga mau istirahat.”
Vina pun mengangguk, tapi netranya tidak menangkap seseorang yang sejak tadi membuatnya bertanya-tanya, “Natha dimana?”
Lea pun mengendikkan bahunya. “Mungkin masih ganti, dia kan kalau ganti baju lama. Biarin aja nanti balik kok,” Ucap Lea sambil terkekeh pelan.
Setelah mengatakan itu, Lea pun berbicara dengan salah satu teman di kelasnya untuk mengatakan kepada Natha jika dia pergi bersama Vina jika nanti Natha menanyakannya. Disisi lain Lea juga khawatir kalau Vina akan menjadi korban bully kakak kelas, karena kejadian tadi pagi yang menjadi perbincangan hangat di sekolahnya.
Sedangkan, yang sedang dikhawatirkan Vina saat ini sedang berhadapan dengan seorang kakak kelas yang menurut Natha menyebalkan. Wajahnya terlihat tidak asing bagi Natha tapi tidak dengan namanya, Natha memang sangat payah dalam hal mengingat nama.
“Ambil!”
Perintah Kakak kelas itu dengan raut wajah datar nya, terlihat sangat sok' di mata Natha.
Natha pun menaikkan satu alisnya lalu menggeleng dengan tegas, “Kakak kan punya tangan sendiri, buat apa kalau nggak dipakai?”
“Masih untung tuhan menciptakan kakak dengan dua tangan, coba lihat diluaran sana— ...”
“Cerewet,” celetuk laki-laki di depannya yang membuat Natha sedikit kesal karena dikatakan 'cerewet', padahal pada kenyataannya banyak yang mengatakannya seperti itu.
“Cepetan!” cowok itu pun menaikkan satu oktaf nada bicaranya membuat Natha terlonjak, tapi tetap tak membuat Natha melakukannya.
“Dih, ogah. Bukan gue juga yang salah,” Natha pun hendak pergi, sebelum kerah seragamnya ditarik dari belakang. Kakak kelasnya itu diam-diam menyeringai tipis ketika melihat raut terkejut gadis itu.
“Lepasin!” Natha memberontak meminta dilepaskan, yang membuat kakak kelasnya itu tersenyum miring.
“Lo udah berani ngelawan gue, jadi rasain akibatnya,” akhirnya cowok itu berbicara dengan banyak kata menurut Natha, tapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu.
“Akibat apa? Gue nggak salah, Kakak aja yang tiba-tiba belok nggak liat-liat,” kilah Natha disela kegiatannya yang berusaha melepaskan dirinya.
“Masih berkilah? Udah jelas-jelas gue lihat lo yang nunduk tadi,” sanggah kakak kelasnya telak.
Natha pun kembali mengingat slogan yang dikenalnya 'Kakak kelas selalu benar!' ... cih, pikirnya.
Tapi, bagaimanapun Natha meneguk salivanya dengan susah ketika Kakak kelasnya memang mengatakan hal yang sebenarnya. Ditambah raut garang Kakak kelas di depannya saat mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varrel-Ga [COMPLETED]
Teen FictionSemua orang berhak bahagia, itu yang dikatakan Mamanya. Dan Gavarrel mencoba untuk mencari kebahagiannya. Semua bermula dari insiden yang melibatkan CEO Brata's Company yang perlahan mengubah setengah hidupnya, rasa bencinya dan sikapnya. Ini semua...