“Gue udah beberapa kali menjilat ludah sendiri, ck!” decak Varrel pelan, sambil memainkan sedotan di dalam gelas minuman yang di pesannya di kafe yang pernah menjadi tempat Nean menanyakan rencananya itu.
Ingatan tentang kunjungannya dua hari lalu ke BC tiba-tiba melintas begitu saja, tanpa ia kehendaki.
'Prang!'
“Maafkan aku, Nona,”
“Ah, tidak apa-apa,”
Varrel melirik ke arah pintu masuk, ketika melihat seorang pelayan menabrak gadis yang sepertinya baru saja masuk ke dalam kafe itu.
“Kamu nggak apa-apa kan, Nath?,” tanya seorang lelaki di sampingnya yang dibalas senyuman oleh gadis itu.
Tunggu dulu, bukankah itu ... Natha dan Keano?, Batin Varrel seraya menatap tajam kedua orang beda gender yang memilih duduk tak jauh darinya itu.
Untung saja sekarang ia mengenakan topi baseball warna putihnya dan masker dengan warna yang sama, hingga membuat wajahnya tidak terlalu terlihat.
Varrel tersenyum miring melihat kebersamaan keduanya itu, mereka berdua terlihat sangat serasi. Sepertinya ucapan Vincent kemarin tidak beralasan, dan bodohnya ia percaya dengan hal itu.
Tidak mungkin cowok sekelas Keano itu melepaskan dengan mudah gadis Wirasena itu, karena ia mengenal baik cowok itu.
“Lo berhasil, Ken” gumamnya, seraya tersenyum tipis lalu memakan makanannya dalam diam.
Setelah dirasa sudah cukup lama ia berada disana, ia pun segera menyelesaikan makanannya. Varrel pun segera pergi meninggalkan kafe itu membuat bunyi lonceng di atas pintu keluar kafe itu berbunyi bersamaan dengan tatapan seorang lelaki yang sedari tadi mengawasi pergerakannya.
“Kamu lihat cowok tadi?” tanya lelaki itu kepada gadis di depannya yang sedang menikmati makanannya.
Gadis itupun hanya membalas dengan gumaman lalu mengikuti arah pandang lelaki di depannya.
“Dia, Gavarrel Alvaro ...” ucap lelaki itu kemudian yang membuat netra gadis di hadapannya melebar.
“... cowok yang kamu cari,”
-oOo-
'... Aku ingin kamu memaafkan Rezvan, semua itu bukan salahnya. Wanita yang kamu panggil mama ini juga ikut dalam kesalahan itu dengan memberi jarak kepada kedua orang yang saling mencintai itu, mama memang egois. Mulai sekarang, Mama hanya berharap kalau kamu bisa menemukan kebahagiaanmu kembali, Gavarrel.'
Varrel menutup kertas itu, dia sudah selesai membaca surat dari mamanya dalam waktu satu minggu, entah apa yang membuatnya lama untuk menyelesaikan membaca satu lembar kertas surat dari mendiang mamanya itu.Pria berjas hitam itu menatap penampilannya di cermin, jas itu terlihat sangat pas di tubuh atletisnya itu. Rambutnya sudah tertata dengan apik, dan jangan lupakan jam tangan rolex seharga rumah yang menghiasi pergelangan tangan kirinya itu.
“Varrel bakal lebih bahagia kalau mama ada disini, berdiri di samping Varrel,” lirih Varrel dengan diikuti senyuman lebarnya, senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang lain.
Setelah itu, Varrel mengambil kontak mobilnya lalu berjalan keluar apartemennya itu menuju perusahaan yang mengadakan acara itu.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Varrel untuk sampai ke hotel milik keluarga Bratadikara, sekaligus tempat dilangsungkannya acara ulang tahun Brata's Company. Begitu menyerahkan mobilnya untuk di parkirkan, Varrel bergegas melangkah masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varrel-Ga [COMPLETED]
Teen FictionSemua orang berhak bahagia, itu yang dikatakan Mamanya. Dan Gavarrel mencoba untuk mencari kebahagiannya. Semua bermula dari insiden yang melibatkan CEO Brata's Company yang perlahan mengubah setengah hidupnya, rasa bencinya dan sikapnya. Ini semua...