Tapi, berbeda ketika Varrel sudah berada di depan keluarganya terutama mamanya. Dia akan berubah 180 derajat menjadi pribadi yang lebih menyenangkan, tapi bukan Varrel namanya jika mempedulikan omongan orang tentangnya.
“Pamanmu belum pulang? Apakah masih ada urusan disana?” tanya Alina, disela kegiatannya mengambilkan nasi untuk Varrel.
“Iya, dia juga bilang akan pulang terlambat,” jawab Varrel yang dibalas anggukan oleh Alina
●●
Jujur saja, mendengar Mamanya menanyakan keberadaan Pamannya membuat Varrel sangat kesal. Tapi, Varrel menyembunyikannya dengan baik di depan Mamanya itu.
“Kok, Vina belum dateng ya?” gumam Alina yang masih bisa didengar oleh Varrel, Varrel yang saat itu sedang menenggak air minumnya pun hanya bisa diam tidak berkomentar, atau lebih tepatnya tidak peduli.
Bahkan dirinya sama tidak pedulinya ketika gadis itu memilih untuk menggelandang di luaran sana, atau mengemis di depan penjara.
Setelah Alina mengatakan itu, tak lama kemudian Vina datang dan mengambil tempat duduk yang berjarak dua kursi dari samping Varrel. Varrel pun hanya melirik sinis gadis itu, lalu tanpa suara kembali melanjutkan makannya.
“Mama udah masak kesukaan Vina,” ujar Alina ketika Vina hendak mengambil lauk yang tersaji di atas meja makan.
Vina hanya melirik dengan malas makanan kesukaannya, sejak Alina mengatakan bahwa ia yang memasaknya selera Vina terhadap makanan itu langsung hilang.
Karena melihat Vina yang tidak mengambil lauk yang dimaksudnya, Alina pun berinisiatif mengambilkannya, “Coba ini, Mama yakin kamu bakal suka.”
Varrel hanya menatap keduanya dengan malas, untuk apa Mamanya melakukan hal merepotkan seperti itu untuk anak tidak tahu diri seperti gadis itu, huh?
Vina tidak bisa menghalangi gerakan gesit Alina yang sudah menaruh makanan itu di piringnya.
Tapi, rupanya Alina terus menaruh lauk lainnya diatas piring Vina. Vina yang melihat itupun langsung menaikkan tangannya menghentikan gerakan Alina.“Makasih,” ujarnya dengan raut wajah datar, Alina menghembuskan nafasnya lalu menghentikan gerakannya lalu kembali duduk ditempatnya.
Alina melihat kedua anaknya, Vina mewarisi lebih banyak darinya. Sedangkan Varrel sebaliknya, anak itu lebih terlihat mirip Rezvan dulu apalagi sifatnya yang sangat mirip dengan papanya.
Hening mendominasi keadaan makan malam dikediaman Kahraman malam itu, semuanya terlihat canggung sampai suara bentakan Vina mengejutkan semua yang sedang menikmati makanan di meja makan.
“Apa ini?! Makanannya nggak enak!” bentaknya, sambil meletakkan dengan kasar alat makannya di meja makan. Membuat kedua orang yang berada di situ terkejut karena bentakannya.
Varrel hanya bisa memejamkan matanya, tangannya sudah terkepal dibawah meja. Dirinya berusaha untuk menahan emosinya agar tidak meledak di depan Mamanya.
“Nggak enak? tadi Mama udah cicipin kok,”
Alina langsung mencicipi kembali makanan yang sebelumnya dibilang tidak enak oleh Vina. “Apa kurang garam ya?” monolog Alina, sedangkan Vina hanya memutar matanya sambil melipat tangannya di depan dada.
“Mama ambiliin yang lain ya?” tawar Alina, yang langsung dibalas gelengan tegas oleh Vina.
“Nggak usah, aku udah nggak nafsu buat makan,” Vina mulai beranjak dari tempat duduknya, Alina yang melihat itupun tinggal diam dan berusaha membujuk Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varrel-Ga [COMPLETED]
Teen FictionSemua orang berhak bahagia, itu yang dikatakan Mamanya. Dan Gavarrel mencoba untuk mencari kebahagiannya. Semua bermula dari insiden yang melibatkan CEO Brata's Company yang perlahan mengubah setengah hidupnya, rasa bencinya dan sikapnya. Ini semua...