10 | Teringat

13 1 0
                                    

“Aden! Kenapa mukanya babak belur kaya gitu?”

Suara bi Rini langsung menyambutnya begitu Varrel memasuki rumah itu, wanita paruh baya itu terlihat sangat mengkhawatirkan keadaannya sekarang.

Varrel hanya menggeleng tanpa mengatakan apapun, untuk menjawab pertanyaan dari bi Rini. Cowok itu masuk ke dalam rumah dengan mengabaikan tatapan khawatir dari bi Rini—asisten rumah tangga di kediaman Kahraman.

“Tadi, Tuan dan Nyonya baru saja pergi,” lanjut wanita paruh baya, yang sudah mengabdikan dirinya di keluarga Kaharaman hampir 30 tahun itu.

Varrel pun langsung menghentikan langkahnya yang hendak menapaki tangga, lalu berbalik. “Pergi? Kenapa mendadak sekali?”  tanyanya, yang hanya dibalas gelengan oleh bi Rini.

“Bibi juga nggak tahu, Den. Katanya ada urusan mendadak di Kanada,”  penjelasan bi Rini tidak langsung membuat Varrel merasa puas, lalu dengan cepat ia melangkah menuju kamarnya.

Varrel meraih ponselnya yang berada di atas meja belajarnya, tadi dirinya sengaja meninggalkan ponselnya di rumah supaya tidak terganggu dengan desakan dari teman-temannya.

Ketika dirinya hendak menelpon pamannya, suara ketukan dari luar kamar yang membuatnya mengurungkan niat. Lalu menaruh kembali ponselnya ditempat semula.

“Den, Non Vina belum pulang dari tadi. Sebelum pergi Tuan Rey bilang, suruh kunci pintu gerbang dibawah jam 11 malam,”  ucap bi Rini dengan gelisah, membuat Varrel menghela nafasnya lalu melihat jam dinding yang berada di kamar nya yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Biar aku yang cari Vina, yang penting bibi jangan bilang sama paman Rey,”  ujar Varrel yang mencoba menenangkan bi Rini.

“Tapi, Aden ...”

“Paman nggak bakal marah, kalau nggak tahu,” sergah Varrel, terkesan tidak sopan memang. Tapi, bi Rini memaklumi kekhawatiran cowok itu.

Varrel tahu persis dengan apa yang menjadi aturan paman nya di rumah itu, sampai pernah pada suatu waktu dirinya harus tidur di markas Alterio karena peraturan itu.

Rey akan menjadi sangat tegas, jika menyangkut apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Walaupun waktu peraturannya dimajukan satu jam, yang sebelumnya jam dua belas menjadi jam sebelas. Mungkin ini juga efek karena dirinya dan Alina yang sedang ada urusan di Kanada itu.

“Ba-baik, Den,” kata bi Rini akhirnya, ada raut khawatir yang masih terlihat diwajahnya ketika melihat keadaan Varrel.

.

.


.

Varrel bergegas mencari adiknya yang dirinya pun tidak tahu entah dimana, pikiran-pikiran negatifnya tiba-tiba muncul tanpa ia sadari.

Apakah Vina diculik? Atau ... namun dengan segera ia menepis pikiran negatifnya dan segera mencari Vina dari informasi yang terakhir kali ia dapatkan dari pak satpam.

“Sial!” umpat nya dengan pelan, ketika tak mendapati Vina dimanapun.

Karena lelah, Varrel pun berhenti di dekat taman yang terletak cukup jauh dari komplek perumahannya. Namun, sepertinya pemuda itu mengetahui persis letaknya saat ini.



-oOo-




Natha mengayunkan dengan senang kresek putih bertuliskan minimarket yang cukup terkenal itu, sepertinya ia tidak memperhatikan waktu ketika dirinya meninggalkan rumah. Untung saja orang-orang rumah belum pulang, terutama Mamanya.

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang