“Cewek lo? Kayaknya ada yang nggak beres sama otak lo, apa gara-gara kemarin malam lo tanding sama Deven otak lo jadi geser sedikit?,” sarkas Elang sambil tersenyum sinis ke arah Varrel, sedangkan gadis yang berdiri diantara keduanya pun hanya mendengarkan ucapan keduanya dengan tatapan bingung.
Deven? Siapa itu Deven? Lalu apa hubungannya dengan kak Varrel?, Batin Natha setelah mendengar perkataan Elang.
“Elang, kamu—...,”
“Gue nggak peduli lo percaya apa nggak, karena itu sama sekali nggak penting buat gue,” jawab Varrel dengan nada santai nya memotong ucapan Natha.
Varrel kemudian memegang bahu Natha. “Bukankah kamu bilang tadi mau beli telor gulung? Ayo kesana,” ajaknya, yang membuat Elang diam-diam mengepalkan tangannya, lalu dengan cepat mencekal tangan Natha.
“Aku mau ngomong berdua sama kamu,” ucap Elang dengan penuh penekanan .
Natha menatap Varrel, seolah meminta persetujuan. Elang yang melihat itupun hanya bisa mengumpat dalam hati.
Varrel tersenyum seraya mengacak rambut Natha dengan gemas, membuat Natha terdiam sedangkan Elang langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Akan selalu gue awasi,” bisik Varrel yang membuat Natha menegang karena posisi mereka yang terlalu dekat.
Natha hanya bisa menatap datar Varrel, lalu segera menggandeng tangan Elang. “Ayo!,” ucapnya.
Sedangkan dari kejauhan terlihat seorang cowok yang memakai kaos berwarna biru cerah, sedang memperhatikan interaksi ketiganya.“Jadi itu pacarnya?,” monolognya seraya melipat tangannya di depan dada.
“Sayang...,”
Cowok itupun membalikkan tubuhnya, dan kemudian menemukan seorang gadis berkaos abu-abu sedang menatapnya sambil sesekali membenarkan slingbag yang di bawanya.
“Kamu disini?,” tanya cowok itu yang kemudian berjalan mendekati kekasihnya itu.
“Kamu nggak suka aku disini? Kalau gitu aku—...,”
“Nggak, sayang. Bukan gitu, aku cuma kaget aja kamu ada disini,” gadis itu pun mengerucutkan bibirnya, lalu cowok itupun menggandeng tangan gadis itu.
“Kita ke stan aku aja, yuk!,” ajaknya yang kemudian membawa gadis itu menuju tenda berwarna biru muda yang berada di belakangnya.
.
.
“Kak Ivan tahu?,” tanya cowok Nandana itu yang dibalas gelengan takut oleh Natha, ketika Elang menatapnya dengan intens seperti itu.
Bagi Natha, Elang itu sudah seperti kakaknya keduanya selain Reivansyah, kakaknya sendiri tentunya. Semenjak keduanya menjadi sahabat, Elang selalu melindunginya ketika di sekolah dan ketika kakaknya tidak ada.
“Varrel itu misterius, nggak ada yang tahu apa yang sedang ia rencanakan sekarang,” ucap Elang sambil memegang bahu Natha, membuat Natha langsung menatap mata beriris coklat milik Elang.
“Gue percaya sama kak Varrel, Lang. Don't worry, okay?,” jawab Natha yang berusaha membujuk Elang.
“Lagipula kalau dia berani macam-macam sama aku, kamu bakal tolongin aku, kan?,” lanjut Natha yang dibalas helaan nafas oleh Elang, “Tentu saja, tapi—...,”
“And please, don't tell kak Ivan about us,” lanjutnya.
Elang pun menatap Natha dengan raut tidak percayanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varrel-Ga [COMPLETED]
Teen FictionSemua orang berhak bahagia, itu yang dikatakan Mamanya. Dan Gavarrel mencoba untuk mencari kebahagiannya. Semua bermula dari insiden yang melibatkan CEO Brata's Company yang perlahan mengubah setengah hidupnya, rasa bencinya dan sikapnya. Ini semua...