24 | Help Me, Please!

12 1 0
                                    

“Kau terlihat sedikit berbeda, dari terakhir kali yang kulihat beberapa bulan lalu, Rey,” ucap seorang pria berkemeja biru tua yang dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam itu.

“Semua orang pasti berubah, tidak akan selalu sama,” jawab Rey seraya mendorong sebuah cangkir ke depan pria itu.

Ah, kau benar. Aku juga merasakannya,”

Pria itu menjawab seraya menyesap pelan teh yang berada di cangkir yang disuguhkan oleh Rey tadi.

“Bagaimana dengan perkembangan kasusmu itu?,”

Rey bertanya seraya menumpuk salah satu kakinya di atas kaki lainnya, pria berkacamata itu terlihat berbeda dari biasanya, tak ada senyuman di wajah tampannya itu.

“Aku sudah menemukan pelakunya dan tidak akan mengampuninya,”

Rey tersenyum tipis, saking tipisnya hingga pria di depannya tidak menyadarinya. "Mirip sekali dengan Gavarrel,” gumamnya.

“Tentu saja, dia itu lebih banyak mewarisi gen milikku. Aku takut dia akan melakukan hal yang salah sepertiku dulu,”

Rey pun menatap tajam Rezvan, sesaat setelah Rezvan mengucapkan hal yang menurutnya tidak patut diucapkan di depannya.

“Jangan lupakan didikan Kahraman juga ada pada dirinya, Rezvan. Aku dan kakakku yang mendidiknya, jadi jangan samakan dirinya dengan dirimu,” jawab Rey dengan penuh peringatan, yang membuat Rezvan menganggukkan kepalanya.

“Aku berhutang budi denganmu dan Alina sampai kapanpun,”

Putra bungsu keluarga Kahraman itu, hanya menatap datar Rezvan. Rezvan pun menyugar rambutnya ke belakang, lalu netranya tidak sengaja menangkap sebuah potret anak kecil disalah satu rak yang ada disana.

'Tok...tok!'

Sebuah ketukan dari luar pintu menyita atensi pria dua anak itu, ia pun langsung tersenyum.

“Masuk saja,” perintah Rey yang langsung membuat pintu itu terbuka dan terlihat kalau Varrel sedang berjalan dengan raut wajah datar yang menjadi andalannya.

“Ada apa Paman menyuruhku untuk segera kemari?,” tanya Varrel dengan kesal, hingga tidak menyadari jika ada orang lain yang berada disitu selain pamannya.

“Kau terlihat lebih dewasa, Gavarrel,”

Varrel langsung tersentak begitu rungunya menangkap suara yang familiar dan dibencinya.

“Bisa jelaskan apa yang terjadi, tuan Kahraman?,”

Varrel bertanya dengan nada sarkasnya kepada Rey, menghiraukan pria yang duduk di sofa yang berhadapan dengan Rey.

Rey menaruh cangkirnya lalu dengan tenangnya menyuruh Varrel untuk duduk disebelahnya, yang tentu saja langsung ditolak oleh Varrel.

“Paman telah membuatku membuang waktu berhargaku, untuk berdiri di ruangan menyebalkan ini,” jawab Varrel yang membuat Rey mengendikkan bahunya.

“Tenanglah, aku dan Rezvan hanya ingin bicara kepadamu tentang suatu hal,” jawab Rey dengan hati-hati, takut jika Varrel salah paham dengan apa yang terjadi.

Rey tahu dan ia sangat paham kalau Varrel itu masih membenci Rezvan hingga sekarang, dan ia juga tidak pernah menyalahkan Rezvan untuk hal itu. Karena disatu sisi pria itu juga berhak, mendapatkan balasan untuk apa yang diperbuatnya dulu.

“Aku menolaknya,” jawab Varrel dengan cepat membuat Rey berusaha bersabar menghadapi keponakannya itu.

“Papa minta maaf, Varrel,”

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang