20 | Calon?

10 1 0
                                    

“Hai, kak Tris!,” sapa Natha, ketika mendapati kakak kelasnya itu sudah berada di depannya.

Wah, tumben ke kelas gue. Cari Lea ya?,” goda Natha seraya menaik turunkan alisnya.

Tristan pun tersenyum, lalu pandangannya menelisik kedalam kelas yang hanya menyisakan beberapa orang saja.

Sebenarnya, bukan hanya Tristan yang berada di luar kelas Natha. Seseorang sedang bersandar ditembok dekat dengan pintu, sehingga Natha mungkin saja tidak melihatnya.

“Oke, tunggu dulu, biar gue panggilin,” ucap Natha.

Namun, sebelum Natha kembali masuk ke dalam kelasnya, seseorang mencekal tangannya membuatnya langsung mematung ditempat lalu berbalik.

Ia pun langsung menatap Tristan yang sedang tersenyum penuh arti kepadanya, lalu pandangannya beralih kepada tangan yang sedang memegang tangannya.

“Nggak usah, biar gue panggil sendiri. Mending lo duluan aja sama Varrel,” setelah mengatakan itu, Tristan langsung masuk kedalam kelasnya

“Lepasin tangan gue ih!,” sergah Natha sambil melepaskan tangan Varrel dengan kasar.

Sikap Natha yang langsung berubah 180 derajat ketika dihadapan Varrel, membuat cowok itu berdecak.

“Sikap lo cepet banget berubah ya? Nggak apa-apa, gue suka,” ucap Varrel yang kemudian langsung menarik tangan Natha menuju parkiran.

.

.

'Gue suka'

Ucapan Varrel terus terngiang-ngiang di kepala nya, membuat Natha harus berusaha sebisa mungkin agar wajahnya tidak memanas karena ucapan Varrel tadi.

Setelah keduanya sampai diparkiran, dengan tiba-tiba Natha menempelkan telapak tangannya didahi Varrel, ia bahkan harus berjinjit untuk menggapai dahi Varrel.

“Kakak kesambet ya?,” tanya Natha dengan polos, membuat Varrel menaikkan satu alisnya setelah mendengar ucapan Natha.

Varrel menurunkan tangan Natha, cowok itu terlihat sedang mencari kendaraannya,
“Lo tunggu disini, gue ambil motor dulu,”

Bukannya menjawab, Varrel malah melenggang pergi meninggalkan Natha.

Sikap lo cepet banget berubah ya? Nggak apa-apa, gue suka,”

Varrel mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak pernah berharap kalimat itu keluar dari mulutnya.

Eh, apa emang gue lagi kerasukan ya?,” monolognya yang kemudian  menggelengkan kepalanya, tidak mungkin dirinya dirasuki dalam keadaan sadar seratus persen!.

Baru saja hendak mengenakan helmnya, ponselnya tiba-tiba bergetar disaku celananya.

“Halo...,”

Varrel memilih untuk duduk di atas jok motornya sebentar, untuk mengangkat telponnya.

Aku sudah sampai, aku ingin kamu berada dirumah sekarang! Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu,”

Varrel menghela nafasnya, kenapa pamannya ini suka sekali mengatur dirinya?

Tapi, bagaimanapun permintaannya Varrel tidak bisa menolak. Ia sudah terlanjur mematuhi apapun yang menjadi perintah pria yang dianggapnya sebagai pengganti ayahnya itu.

“Aku ada urusan—...,”

“Tidak akan lama.”

Setelah mengatakan itu, Rey langsung memutuskan panggilannya, membuat Varrel ingin sekali membanting ponsel yang kini berada digenggamannya. Kenapa pamannya sangat suka sekali membuat kejutan?.

Varrel-Ga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang