Swalayan Punya Cerita!

868 56 5
                                    

Decakan kesal berkali-kali ia lontar kan begitu rasa panas dan pengap mulai melanda. Mata bulat miliknya bergulir melirik AC yang tak menyala di dinding lantaran rusak, Steven menghela nafasnya sebelum menyeka keringat di dahi nya yang mulai bercucuran. Masih ada beberapa materi yang perlu ia pahami, tapi belajar dengan suasana panas dan pengap di perpustakaan Sekolahnya pun sama sekali tak membantu

Remaja itu menyelipkan kertas berisi materi kisi-kisi Olimpiade ke dalam buku paket yang ia pinjam di perpustakaan sebelum beranjak dari posisinya saat ini. Steven butuh suasana baru, otak nya sedikit mumet karena menerima banyak materi

"Lho! Belajar nya sudah selesai nak Steven?"

Steven tersenyum kala Ibu penjaga perpustakaan menegurnya dengan ramah

"Belum bu, mau saya lanjutin di kelas aja. Mari... " sahut nya dan segera meninggalkan ruang perpustakaan

Sebenarnya Steven agak sangsi belajar di kelas nya, ya meskipun tak begitu gaduh. Hanya saja ketiga sahabatnya pasti ada saja ulah nya, dalam menghentikan proses belajar nya.

Steven sebisa mungkin harus fokus, mengingat Olimpiade Fisika yang akan ia ikuti tinggal satu minggu lagi sebelum ujian semester ganjil terlaksana. Ini perlombaan terakhir sebelum ia fokus belajar menghadapi ujian kelulusan. Semua aktivitas lainnya seperti Basket terpaksa Steven hentikan, demi perlombaan satu ini

Kaki jenjang nya melangkah menyusuri jambatan buatan di atas kolam ikan, jalan pintas menuju kelas nya tanpa harus melewati koridor kelas sepuluh. Sesekali pria itu bergumam dan melihat-lihat ikan-ikan berwarna oren berenang kesana kemari sampai suara ocehan seseorang yang lumayan menganggu nya seketika membuat kepalanya reflek mendongak. Mencari-cari sumber suara tersebut

"Ihh gak mau, Awan! Gantian dong lo yang bawa. Cemen banget sih, masa nyuruh perempuan!"

Steven menaikkan sebelah alis nya menatap interaksi gadis yang beberapa minggu kemarin kerap menganggu hari-hari nya bersama seorang pria. Apalagi kala insiden di perpustakaan saat kemarin. Astaga!

Di sana, tak jauh dari tempat Steven berdiri. Oza  tengah beradu mulut seraya menyodorkan sekantung plastik kepada Marwan yang nampak enggan menerima

Sepertinya mereka tengah bertengkar. Fikir Steven

"Gua tadi udah ngantri, gantian lah lo yang bawa. Kutu kupret!"

"What! Kutu kupret lo bilang, awas ya lo Wan?!"

Marwan berlari menghindar dari kejaran Oza sambil sesekali meledek gadis itu. Tanpa sadar Steven menaikkan kedua sudut bibirnya ke atas, meski tipis. Tapi pria itu jelas terlihat tengah tersenyum setelah menyaksikan pertengkaran konyol gadis itu dan teman nya

Menurut asumsi Steven, sepertinya mereka saling melempar tugas untuk membawa sekantung makanan yang mereka beli di kantin. Tapi tunggu dulu...

"Ini kan belum istirahat?" gumam Steven sedikit heran mengapa Oza dan teman laki-lakinya bisa pergi kekantin di saat jam pelajaran tengah berlangsung

Berbeda dengannya yang mendapatkan izin langsung dari sang wali kelas dan guru bidang studi untuk belajar di perpustakaan meski jam pelajaran tengah berlangsung.

Tapi dalam sekejap ia tersadar, itu bukanlah urusannya. Mengapa ia harus perduli terhadap gadis itu. Kepalanya menggeleng pelan sebelum mengayunkan kedua kakinya- beranjak dari tempat tersebut

**************


"MARIAAAA!!!" teriakan nyaring itu seketika membuat perhatian beberapa teman-temannya yang berada di dalam kelas teralihkan

Desisan kesal bahkan protes dari geng centil Risma hanya di anggap angin lalu bagi Oza. Gadis itu berlari kecil mendekati Maria yang tengah menyalin tugas Seni Budaya di meja Putri, sebab pak Sugi- guru nya itu berhalangan hadir dan hanya memberi tugas

Steal My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang