"Kita mau kemana, Sandi?"
"Mojok."
Bugh!
Oza memberikan sebuah pukulan mantap di lengan Sandi berkat kata-kata ngawur yang diucapkannya.
"Badan lo kecil tapi pukulan lo mantep juga ya." sinis pria itu sedikit meringis
"Sukurin, lagian ngomong nya kotor. Nih kalau kurang ajar lagi Oza hadiahin bogem di muka Sandi sampe bonyok!" ancam gadis itu sambil memamerkan satu telapak tangannya yang terkepal kearah wajah pria di sisinya
Sandi tersenyum miring melihat itu, lucu juga ternyata bocah satu ini. Fikir nya
Tak lagi meronta atau bertanya Oza memilih diam ketika Sandi ternyata membawanya ke ruang Seni.
"Ngapain kesini?" tanya gadis itu"Lo lebih cocok bolos disini, kalau ketahuan guru lo punya alasan belajar musik atau apapun sampai guru gak curiga dan nyeret lo ke kantor BP." ujar Sandi enteng lalu berjalan ke arah sebuah kursi dan meraih gitar
Oza sedikit terharu mendengar itu, ternyata Sandi orang yang cukup perduli meskipun ya maksudnya sedikit menyimpang. Remaja laki-laki itu terlihat mulai memetik senar gitar di tangannya dan berubah menjadi sebuah melodi yang enak didengar
Oza masih berdiri mematung memperhatikan remaja itu, tak tahu harus melakukan apa sampai gerakan tangan Sandi terhenti dan beralih menatap ke arah nya.
"Berdiri mulu kek lagi upacara, sini duduk!" titah nya
Oza tersentak lalu dengan ragu melangkah kan kaki nya mendekati pria itu, mendaratkan bokongnya di samping Sandi Sang mulai memainkan alat musik nya.
"Sejak kapan bisa main gitar?" tanya Oza tanpa mengalihkan perhatiannya dari jemari lincah Sandi yang tengah memetik sinar gitar
"Sejak kelas tiga SD, semenjak Bokap nyokap pisah gua cari pelampiasan buat hibur diri. Dan ya gua nyoba belajar main alat-alat musik." ujarnya dengan enteng tanpa memperlihatkan emosi apapun di wajahnya
Oza terhenyak mendengar itu, ia baru tahu jika kedua orang tua Sandi telah berpisah dan mendengar nya membuat hatinya sedikit tercubit. Secara teknis mereka senasib bukan?
Oza berfikir mencari-cari pembahasan lain agar dirinya tidak kepo tentang kehidupan kelam remaja di sisinya, meskipun sebenarnya ia sangat ingin tahu itu
"Selain gitar, bisa apa lagi?" kali ini tatapan nya terarah tepat ke wajah Sandi, mencoba menilik ekspresi pria itu
"Piano."
"SERIUS!"
Gadis itu berseru heboh membuat Sandi kontan mengusap telinga nya yang pengang seraya menatap gadis itu kesal.
"Eheheh maaf, tapi beneran Sandi bisa main piano?"
"Hm."
"Kalau begitu tolong ajarin Oza."
Sandi terdiam beberapa saat sebelum senyum miringnya mencuat
"Lo lagi nyari pelampiasan, kah?""E-enggak, Oza cuma pengen aja bisa main piano." gadis itu membuang wajahnya kearah samping tak mau melihat ekspresi meledek Sandi
Sandi mengangguk kecil lantas berdiri setelah meletakkan gitar di kursi, remaja itu berjalan ke arah sebuah piano elektrik lalu melambaikan tangannya ke arah Oza.
"Sini gua ajarin."
Mata Oza berbinar dan ia nyaris melompat kesenangan ketika hendak menghampiri Sandi, perlahan dengan kata-kata yang mudah dimengerti Sandi menuntun Oza memberikan sebua contoh sekaligus penjelasan singkat perihal basic-basic dasar bermain piano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal My Girl
Teen FictionOza nama nya, gadis manis pemilik lesung pipi yang menarik perhatian Steven- kapten basket yang terkenal angkuh dan dingin ~~~~ Dua bulan menjadi siswa baru awalanya biasa saja, tak ada yang spesial bagi Oza. Ia tak cantik, dandanan nya sederhana t...