Kepekaan Steven!

283 14 1
                                    

Semula Steven tidak merasa aneh sama sekali dengan gadis yang berada di dalam panggilan Video di layar Ponselnya, namun sejak tiga puluh menit berlangsung gadisnya itu hanya diam- asik berkutat dengan kegiatannya. Mereka memang tengah melakukan panggilan Video sambil mengerjakan tugas seperti yang dilakukan akhir-akhir ini.

Sikap Oza yang tenang dan damai seperti ini membuat Steven justru tak bisa fokus dengan tugasnya, bahkan dari awal mereka melakukan panggilan Video Oza hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya singkat lalu langsung fokus dengan tugasnya. Biasanya gadis itu akan berbicara banyak hal, menceritakan kegiatannya, teman-teman nya, atau di sela-sela sesi mengerjakan tugas Oza akan meminta bantuannya atau sekedar bertanya apapun sehingga interaksi mereka terasa ramai.

Tapi malam ini tidak, rasanya ada yang berbeda dengan gadisnya yang cerewet itu. Steven melirik kearah Ponselnya, Oza tengah sibuk mencatat sesuatu lalu tak lama gerakan tangannya terdiam sesaat

"Kenapa? Ada yang sulit?" tanya Steven segera, berharap Oza akan meminta bantuan nya.

Namun harapan nya pupus, gadisnya menggeleng pelan dan kembali melanjutkan kegiatan nya, Steven berdecak dan melempar bolpoin ditangan nya. Ia sudah selesai mengerjakan tugasnya bahkan dari beberapa menit yang lalu. Sekarang ia memfokuskan perhatiannya kearah  gadisnya.

Bersandar nyaman sambil bersidekap Stev menatap lamat gadis manis yang berada dilayar Ponselnya, bak hewan yang tengah mengincar mangsa nya pria remaja itu membuat Oza sedikit risih lalu melirik-lirik kearah Ponselnya.

Steven menarik ujung bibir nya sedikit tatkala melihat raut wajah Oza yang nampak tak nyaman, bahkan gadis itu mulai salah tingkah dan menjatuhkan beberapa alat tulis nya.

"Oza udah selesai ngerjain tugasnya." ujar gadis itu memberi laporan, dari nada bicara nya saja sedikit berbeda. Bagaimana mungkin Steven tidak menyadari itu.

"Coba lihat. Tunjukin ke kamera." pinta Steven.

Oza menurut dan menunjukkan tugas Ekonomi yang telah ia selesaikan.

Steven mengangguk beberapa kali, gadisnya tidak berbohong. Oza kembali menarik bukunya lalu mulai merapih kan beberapa alat tulis yang berserak dan memasukkan nya kedalam tas agar tidak lupa.

"Oza matiin video call nya ya-"

"Tunggu!" Steven menegakkan tubuhnya, menatap Oza dengan raut wajah datar.

"Lo gak biasa tidur lewat jam sembilan, ini masih jam delapan. Mau kemana?" tanya Steven mulai bertanya. Menyuarakan rasa penasaran di kepalanya

"Oza gak mau kemana-mana." ucap nya sambil menggeleng pelan.

"Terus? Mau ngehindarin gue?"

Oza terdiam membuat senyum miring Steven nampak jelas.

"Gue udah sering bilang kan, kalau ada masalah cerita. Jangan diem dipendam sendiri, gue gak suka!"

Oza terlihat membuang mukanya kesamping, ternyata mengelabui Steven sangat sulit. Pria itu terlalu peka, menyebalkan!

"Oza gapapa-"

"Gapapa darimana? Lo terus diemin gue sedari pulang Sekolah, Za. Gue gak paham kalau lo gak cerita, gue bukan cenayang." jelas Stev meraup wajahnya frustrasi, padahal hanya spele tapi melihat tingkah Oza yang seperti ini membuat Steven kesal.

Ia lebih suka Oza yang cerewet.

"Oza aja gak masalah kalau kak Steven gak cerita."

"Kapan gue gak cerita-"

"Sering, bahkan kak Steven gak bilang kalau hari jumat besok ada pertandingan Basket di Sekolah, terus tanggal dua empat- hari itu ketika pengambilan nomor ujian Oza lihat kak Steven ngobrol sama perempuan dan dikasih sesuatu tapi kakak gak cerita. Ada lagi, kak Steven juga gak cerita kalau kakak dapat tawaran beasiswa kuliah di Australia..."

Nafas Oza nampak menderu, wajahnya sedikit memerah dengan mata berkaca-kaca.

Steven mencerna semua ucapan gadisnya, awalnya ia sempat tertegun sebab Oza tahu semua itu entah dari siapa tapi akhirnya ia pun tersenyum tipis.

"Jadi... Ini alasan lo ngambek?"

Oza mencebik
"Oza gak ngambek."

Steven menaikkan sebelah alisnya, tak percaya dengan alasan Oza.

"Za... Sorry sebelumnya, bukan gue bermaksud gak mau kasih tau lo cuma... Ada beberapa alasan. Jumat besok emang ada pertandingan dengan Sekolah sebelah tapi mereka yang main anak kelas sebelas dan dua belas, enggak termasuk gue maka dari itu gue gak cerita. Dan tentang cewek yang lo bilang nemuin gue dan kasih sesuatu itu memang benar adanya, tapi cuma..."

Steven menggantung kan ucapannya, sedikit ragu untuk melanjutkan sebab takut Oza malam makin ngambek.

"Cuma apa? Cuma nyatain perasaan nya?" sambung Oza seakan tahu

Steven mengangguk pelan, Oza cemberut membuat ia tahu tahan untuk tersenyum. Gadis itu pasti cemburu

"Tapi gue tolak, dan pemberian nya pun gak gua terima. Karena gue sadar ada hati yang perlu dijaga." lanjut Steven sambil menatap Oza lekat.

Pipi Oza memerah, ia mencoba menahan diri agar tidak tersentuh.

Tahan Za, gak boleh baper, tahan....

"Dan untuk masalah beasiswa, gue gak tau lo tau dari mana. Hanya saja untuk saat ini gue emang ngerahasian itu, bahkan dengan kedua orang tua gua sekalipun. Jadi gue harap lo jangan salah paham." jelas Steven membuat Oza merasa bersalah.

Gadis itu menunduk sambil meremat kedua tangannya, Oza merasa seperti perempuan yang terlalu menuntut. Rasanya terlalu kurang ajar sempat menuduh yang tidak-tidak kepada pria itu.

"Kak... Maaf, Oza gak bermaksud-"

"Gak usah minta maaf, salah gue gak bisa terbuka sepenuhnya sama lo. Sorry Za buat lo salah paham."

Oza makin merasa bersalah mendengar perkataan lembut itu.

"Gapapa, Kak Steven juga gak perlu minta maaf. Itu hak kakak, harusnya Oza lebih ngerti dan gak nuntut kakak buat jelasin semua."

Steven tersenyum tipis, andai gadis itu berada didekat nya mungkin akan ia acak surai lembut nya itu sampai kusut lantaran gemas.

"Udah, udah... Sekarang clear ya masalahnya. Kita saling memaafkan aja. Kedepannya kalau denger cerita apapun langsung tanyain ke gue. Gak boleh pake ngambek-ngambek dulu."

"Padahal Oza gak ngambek."

"Massa? Gak percaya tuh."

Oza terkekeh malu-malu melihat wajah Steven yang menggodanya. Sepertinya malam ini ia akan tidur nyenyak sebab beban fikiran yang akhir-akhir ini mengusiknya akhirnya telah hilang.

Ternyata benar, kuncinya hanya satu. Komunikasi, bukannya malah ngambek hihi...

******

Hohoy... Come Back Again guys. Masih pemanasan. Sabar, sabar, nanti chapter berikutnya...

Duar...

Nangis nangis sampe keluar ingus wkwkwk...

Jangan lupa vote dan komentarnya kakak, ramaikan yeee

Ditunggu Chapter berikut nya, see you...

Love yuuu sekebonnnnnn

Follow juga IG dan akun karyakarsa ane ya guys.

IG : Erkkko_
Karyakarsa : Ekoeriko/Erkkko

Bye... Sampai ketemu di karya ane lainnya guys!














Steal My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang