Selepas pelajaran Olahraga berakhir Steven tidak henti-hentinya memikirkan kejadian yang ia lihat di depan kelas Oza tadi pagi, entah kenapa saat mengingat nya dadanya terasa sesak dan panas, moodnya juga ikut ambyar. Bocah nakal itu sepertinya kali ini sengaja mengusiknya lewat Oza, dan lagi kenapa pula gadis itu tidak menepis atau menolak usapan tangannya?!
Pengen tak hih! Gemes!
Steven gusar tanpa sadar memukul meja membuat seluruh pasang mata di kelasnya menatap penasaran kepadanya, begitu pun dengan pak Arman- guru Biologinya yang tengah menjelaskan pelajaran di depan sana
"Kamu kenapa, Steven?!" tanya pak Arman setelah memungut buku paket nya yang terjatuh akibat terkejut
Kasihan...
"Maaf pak, tadi ada tawon di meja saya." dengan raut penuh sesal Steven meminta maaf kepada pak Arman, dan juga kepada tawon tak bersalah yang ia jadikan embe hitam.
Untung saja Steven itu adalah murid unggulan sehingga pak Arman langsung mengangguk dan tidak memperpanjang masalah tersebut, sehingga pelajaran yang semula terhenti bisa kembali dilanjutkan.
Sambil mendengar penjelasan pak Arman dalam hati Steven merutuki perbuatan nya, jemarinya terjulur mengurut pelipisnya yang terasa pening, tidak seharusnya ia memikirkan kejadian di kelas Oza pagi tadi di saat dirinya harus belajar untuk masa depannya. Tapi kenapa kejadian itu tidak mau hilang di dalam ingatannya, sih?!
"Lo sakit, heh?" sambil berbisik Yaman menyikut tangan Steven yang hendak mencatat
"Enggak."
"Bohong! Lo pasti kefikiran sama bocah tengil yang ngusap kepala Nuan, kan?!"
Steven berdecak dan menatap Yaman setajam kater, sahabatnya satu itu memang sangat peka dan tidak tahu kondisi. Untung lah setelah ia pelototi Yaman langsung bungkam dan kembali fokus menatap pak Arman. Setidaknya sahabatnya itu takkan mengganggu nya sampai waktu istirahat tiba
Steven tidak mempercayai ini tapi sepertinya ia harus memberikan bocah tengil a.k.a Sandi itu sebuah peringatan, karena sedari awal ia sudah memberikan radar kepada pria manapun jika gadis itu sekarang dalam pengawasan. Jadi jangan coba-coba untuk mendekatinya, jika tidak ingin melihat sisi lain dari dirinya
*******
"Haduh kebelet, Put bilang ke Maria ambil aja kotak makannya di tas. Gue mau ke Toilet dulu." sambil meringis Oza menitipkan buku miliknya kepada Putri sebelum berlari menuju Toilet terdekat
Putri yang tengah sibuk mengunyah gorengan pun hanya mengangguk menatap kepergian Oza yang berlari seperti di kejar an*ing tetangga
Beberapa saat kemudian, setelah menuntaskan hajat nya Oza pun segera keluar dari bilik toilet lalu beralih mencuci tangannya seraya merapihkan rambutnya yang berantakan. Ponselnya yang berada di dalam saku bergetar, sambil berjalan keluar gadis itu mengecek ponselnya. Melihat dua pesan yang dikirimkan Maria.
Selepas pelajaran TIK berakhir Oza dan Putri memang langsung pergi ke kantin yang letaknya tak jauh dari Lab komputer padahal bell istirahat belum berbunyi- jangan di contoh oke, sementara Maria dan beberapa teman yang lain sudah terlebih dahulu pergi ke kelas untuk menaruh buku. Setelah membalas pesan Maria, Oza kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku rok nya dan keluar dari dalam toilet perempuan.
Baru beberapa langkah gadis itu keluar dari toilet tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang berdiri di hadapannya, Oza mengernyit dan menatap sepasang sepatu yang terlihat keren dan mahal. Tak mau bersusah payah menebak-nebak siapa pemilik nya, gadis itu pun mendongak lalu tersentak seraya melangkah mundur memberi jarak ketika mengetahui sosok pria di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal My Girl
Teen FictionOza nama nya, gadis manis pemilik lesung pipi yang menarik perhatian Steven- kapten basket yang terkenal angkuh dan dingin ~~~~ Dua bulan menjadi siswa baru awalanya biasa saja, tak ada yang spesial bagi Oza. Ia tak cantik, dandanan nya sederhana t...