Seperti biasanya ketika ada tugas kerja kelompok mereka pasti akan memilih rumah Steven untuk di singgahi, selain banyak makanan, Steven sang pemilik rumah pun tak banyak komentar selalu membiarkan ketiga sahabatnya mengacak-ngacak kamarnya, dengan syarat ketika mereka akan pulang kamarnya harus rapih kembali seperti sedia kala.
"Beruntung pulang setengah hari kita bisa nuntasin tugas kimia ini dengan cepat, hahaha... " ucap Alfa setengah depresot setelah berhasil mengerjakan tugasnya bersama ketiga sahabatnya.
"Iya lo bener, gua udah nyoba dengan taktik sepuluh gelombang kanan sepuluh gelombang kiri gak ngerti juga. Giliran Steven ngejelasin baru nyambung otak gue, beruntung gua satu kelompok sama lo sobat." timpal Yaman sambil menepuk bahu Steven sebelum beralih mencomot potongan Pizza.
"Begini aja lo sobat, sobat. Mangkannya kalau pak Jarwo ngejelasin itu lo dengerin bukannya tidur." Farid yang tengah asik bermain game konsol milik Steven ikut menyahut
Yaman terkekeh-kekeh lalu melempar kulit kacang kearah Farid.
"Suka bener aja lagi kalau ngomong." tukas nya
Mata Farid memicing sebelum kembali fokus dengan kegiatannya. Sementara sang pemilik kamar hanya bisa diam sambil menggelengkan kepala heran melihat sikap kekanakan ketiga sahabatnya itu. Steven beralih merapihkan beberapa buku miliknya yang tercecer sebelum hilang atau terbawa tiga temannya.
"Guys! Ternyata kita tinggal menghitung bulan loh duduk di kelas tiga, kalian gak pada galau apa?" Alfa yang tengah asik memilih bolen pisang tiba-tiba mengintrupsi
Mendengar ucapan itu seketika semua orang terhenyak- kecuali Steven, Farid bahkan kini mempause permainannya dan menatap ke arah teman-teman nya.
"Ya b aja sih, cuma pusing gue di suruh less mulu sama nyokap. Udah mumet belajar di Sekolah eh pulang nya di suruh belajar lagi ke tempat lain." Yaman menyahut, bersungut-sungut lantaran kesal dengan sikap sang mama.
"Hm, begitupun dengan gue." timpal Farid dan dia angguki Alfa
Ketiganya merasakan hal yang sama ternyata. Tinggal Steven yang masih saja asik menyusun buku-bukunya
"Kalau lo Stev, mau ikut less juga?" tanya Farid
Kini semua mata tertuju kearah remaja tampan itu.
"Gua ngikut bokap nyokap aja, mereka mau gua ikut kelas tambahan ya gue ikuti. Enggak pun gapapa." sahut nya dengan santai
"Yah dengan kemampuan lo di atas rata-rata tanpa ikut less pun lo pasti keterima Univ Favorit lewat jalur prestasi keleus. Gak kayak kita." ujar Farid dan diangguki Alfa juga Yaman.
Steven berbalik menatap ketiga kawan nya dengan tatapan santai
"Sejujuunya gua gak minat masuk Univ Favorit negri.""HAH?" Sontak saja ketiga sahabatnya terkejut bukan main, karena Steven sepertinya menyia-nyiakan kesempatan yang di inginkan hampir semua murid.
"Lo bakal nolak gitu kalau di tawari masuk jalur undangan?" setelah meredakan ke terkejutannya kali ini Yaman bertanya
"Ehm- mungkin." Steven menukas, tersirat sedikit keraguan di suaranya.
"Jadi tujuan lo sebenarnya mau kemana? Apa lo bakal kuliah di luar, Stev?" Farid menimpali
"Gue pengen nya di sini, tapi Bokap menawari beberapa pilihan Univ di luar. Tapi gua belum memutuskan, masih berat kalau untuk di luar meskipun gua dibebaskan memilih jurusan." jelas Steven yang kini ikut duduk bergabung ketiga sahabatnya. Ekspresi nya seikit tak terbaca, seperti tengah galau bercampur gusar. Entahlah. Terlalu sulit ditebak
"Kalau kalian pada mau kuliah dimana?" Steven mengalihkan topik, ia pun perlu tahu rencana teman-teman nya.
"Gua mah disini aja, mama gua gak ada temen kalau gue kuliah di luar." sahut Yaman mengingat dirinya yang anak bungsu
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal My Girl
Teen FictionOza nama nya, gadis manis pemilik lesung pipi yang menarik perhatian Steven- kapten basket yang terkenal angkuh dan dingin ~~~~ Dua bulan menjadi siswa baru awalanya biasa saja, tak ada yang spesial bagi Oza. Ia tak cantik, dandanan nya sederhana t...