Setelah mengantar pulang Oza kerumah nya denga selamat Steven tak henti-hentinya tersenyum sepanjang jalan menuju rumahnya, bahkan setelah pria itu sampai kediaman nya sekalipun. Pria yang memiliki sikap dingin dan terbiasa menampilkan ekspresi datar itu seakan baru saja mendapat angin segar, mama serta adiknya Elva, juga art dan tukang kebun dirumah nya sampai terhenyak ketika berpapasan dengan remaja itu yang berubah ceria."Anak mama kayaknya lagi seneng banget, ada apa nih? Cerita dong cerita?" todong sang mama ketika putra sulung nya menyalami nya.
Steven terkekeh kecil lantas menggeleng pelan.
"Gak ada apa-apa kok ma."Namun perkataan sang putra tak langsung dipercaya begitu saja oleh sang mama, wanita paruh baya itu sangat tahu tabiat anaknya satu itu yang sangat jarang sekali tersenyum dan menampilkan ekspresi ceria jika suasana hatinya biasa saja. Pasti ada sesuatu yang membuat nya bersikap Cheerfull
"Ah kamu suka gitu sama mama, hayo ngaku! Jangan-jangan kamu baru menang undian berhadiah ale-ale, atau motor gratis dari bungkus kopi atau-"
"Mama... Steven gak menang undian apapun kok, Steven cuma senyum doang emangnya gak boleh ya?" Steven menyela, nyaris tergelak mendengar tudingan sang mama.
Undian ale-ale? Motor dari bungkus kopi? Yang benar saja mama nya itu. Kejadian yang dialaminya hari ini bahkan mengalahkan semua kejutan berhadiah itu!
Steven beralih menenggak segelas air putih yang ia tuangkan dari teko, sedangkan sang mama nampak mencebik.
"Ya aneh aja sih mama, kamu pulang telat terus pas sampe rumah nyengir mulu sampe gigi kering. Coba aja Papa kamu lihat, dia pasti nganga lihat muka kamu yang sehari-hari datar kek papan cucian tiba-tiba berubah ceria kayak bintang iklan pepsodent."
Steven menoleh mendengar gerutuan itu, nyaris ngakak tapi ia tahan.
"Mama lebih senang lihat Steven yang senyum atau yang datar kayak papan cucian?"
"Ya jelas lihat kamu senyum lah, lebih ganteng dan lebih manusiawi." jelas sang mama
"Yaudah kalau begitu, berarti mama harus kasih restu buat Steven."
..............
Selepas makan malam Steven langsung berkutat dengan tugas Sekolahnya, mengurung diri dalam kamar seperti pada malam-malam biasanya. Wajah tampan nya nampak serius menjelajahi barisan angka yang terpampang di buku, berusaha dengan cepat menyelesaikan soal-soal tersebut.
Lima belas menit kemudian akhirnya dua soal tersisa berhasil remaja itu tuntas kan, Steven merapihkan meja belajar nya serta tak lupa menyiapkan buku yang akan ia bawa esok Sekolah sesuai jadwal. Rapih dan terorganisir, seperti itulah dia. Steven bukan tipe pelajar laki-laki pada umumnya yang Sekolah hanya membawa satu buku, itu pun kosong. Semua buku catatannya penuh dengan materi
Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan belajar nya, sekolah mahal-mahal buat apa kalau tidak ada hasil. Begitu fikir Steven.
Benar-benar definisi siswa teladan idola semua guru.
Selesai dengan ransel nya ia pun beralih memeriksa tiga buah buku yang di beli sore tadi sambil membaca-baca sekilas sampai waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, satu setengah jam ia berkutat dengan kegiatan nya itu. Steven merasa lelah dan segera menutup buku yang ia baca.
Remaja itu berdiri dari duduknya sambil merenggangkan ototnya yang terasa kaku sebelum berbaring di ranjang yang empuk namun suara ketukan di luar pintu kamarnya seketika menghentikan kegiatannya.
Tok...
Tok...
Tok...
Steven fikir itu Elva adiknya tapi ternyata sang Papa yang masuk sambil membawakan segelas susu vanila kesukaannya, tunggu sebentar... Kemana mama nya? Biasanya kan mama nya yang selalu hadir membawakan nya susu bukannya sang papa yang kadang lupa arah pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal My Girl
Teen FictionOza nama nya, gadis manis pemilik lesung pipi yang menarik perhatian Steven- kapten basket yang terkenal angkuh dan dingin ~~~~ Dua bulan menjadi siswa baru awalanya biasa saja, tak ada yang spesial bagi Oza. Ia tak cantik, dandanan nya sederhana t...