Lari Dari Masalah!

380 21 0
                                    


"Morning evribadeh!" Oza berseru ceria begitu keluar dari dalam kamar dengan seragam Sekolah yang telah melekat rapih di tubuhnya

Faldi mengernyit menatap adik nya dengan apron dan spatula di tangan kanannya, pria itu tengah membuat sarapan. Mendengar sapaan ramah penuh keceriaan yang tak biasa itu jelas membuat pria berusia dua puluh tiga tahun itu merasa aneh.

"Ceria bener kek anak Tk mau berangkat Study tour." cibir pria itu dan kembali berkutat membalik naget yang tengah di goreng nya sebelum berubah gosong

Oza berdecih sambil menarik kursi meja makan dan mendaratkan bokongnya.
"Di sapa bukannya nyapa balik malah ngeledek."

Suasana hati gadis itu tengah dalam kondisi baik tingkat tinggi, tapi setelah mendengar ujaran sang abang jadi turun sepuluh persen.

Faldi mengekeh lalu menyodorkan segelas susu milo coklat yang telah ia seduh kepada Oza
"Iya iya morning, gitu aja ngambek. Nih habisin susunya." tukas nya seraya mengusap lembut surai hitam adiknya itu

Senyuman Oza kembali merekah,
"hehe makasi abang."

Susu tersebut pun di minum nya pelan sampai menyisakan setengah, Oza tidak mau terlalu kenyang sebab dirinya belum memakan sarapannya. Sambil menunggu Faldi selesai menggoreng lauk, Oza meyiukan nasi ke dalam piring lalu kembali duduk sambil asik memainkan gelang di tangannya sambil terkekeh-kekeh pelan

"Itu gelang buatan lo?"

Oza berjengit lalu menoleh menatap ke arah sang abang yang telah selesai dengan kegiatan menggoreng nya.

"Iya, bagus kan? Cantik kan?"

Beberapa detik Faldi terdiam menatap gelang buatan Oza sebelum melontarkan komentar yang membuat gadis itu berdecih sinis.

"B aja."

Lha apaan banget sih abang nya ini, gak bisa apa ya buat adiknya seneng!

Oza mendelik, memutar kedua bola matanya lalu memilih mencomot naget juga sosis dan memasukkan nya ke dalam piring sarapannya daripada meladeni Faldi yang tidak tahu nilai seni dan ke-aestetikan suatu benda kerajinan. Padahal nih ya, Maria dan teman-teman nya saja memuji hasil karya nya.

Bahkan Steven saja menyukainya. Ah mengingat itu Oza kembali sumringah

"Seinget gue lo bikin dua gelang, yang satunya mana?"

Senyuman Oza kembali meluntur mendengar pertanyaan sang abang, lagi seru-seru bernostalgia ada saja gangguan nya. Tapi ia tak langsung menjawab, otaknya tengah berfikir mencari alasan karena tak mungkin ia mengatakan jika gelang yang satunya ia berikan kepada Steven.

Bisa-bisa abangnya itu curiga dan akan mengintrogasinya. Menanyakan alasan apa dirinya sampai harus memberikan gelang hasil karya nya itu kepada Steven.

Astatang...

"Woy, ditanya malah ngelamun lagi lo!" Faldi berseru sambil mencolek bahu adiknya

"Ih, itu gelang satunya kan masih di guru. Di kumpul buat penilaian." ujar gadis itu, untung lah otaknya langsung bekerja memilah alasan yang tepat sehingga Faldi langsung percaya

*********

Rasanya sangat melegakan ketika dirinya berhasil menyetorkan hasil hafalannya dengan lancar kepada sang Guru, Oza mendaratkan bokongnya kembali di kursi tempatnya. Di samping Maria terlihat gugup tengah menunggu giliran namanya dipanggil

Maria tiba-tiba memutar tubuhnya, menunggu Oza yang tengah meneguk air lalu segera mengutarakan keinginannya itu begitu Oza selesai melepas dahaga

"Za, coba dengerin hafalan aku ya. Kalau ada yang salah tolong di koreksi." pinta sahabatnya itu

Steal My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang