3: Ikatan mereka

2.2K 264 46
                                    

Happy Reading💎, bahagia terus Gaes(っ.❛ ᴗ ❛.)っ

Mashiho menatap kesal pemandangan di depannya saat ini. Tanpa sadar bibirnya sudah mempout siap dengan sejuta umpatan—eh maksudnya rutukan.

Kalau kata Hyunsuk nggak boleh mengumpat, nggak baik, jadi hanya boleh merutuki, tapi kalau kata Asahi nggak masalah mengumpat jika hal itu masuk kedalam tiga aspek.

Aspek pertama, nggak masalah mengumpat kalau hal itu mengganggu kenyamanan pribadi. Aspek kedua, nggak masalah mengumpat jika hal itu menyindir keranah keluarga. Lalu yang terakhir, nggak masalah mengumpat kalau aspek itu menyindir ke tinggi.

Yap dan bingo!, Rak buku di depannya ini seakan menertawai tingginya karena tidak bisa mencapai buku yang dia inginkan.

Ingin sekali rasanya Mashiho bertemu dengan pencipta rak buku, lalu menghujatnya dengan berbagai sumpah serapah.

"Ih nyindir banget sih tingginya," keluh Mashiho masih meloncat yakin jika buku itu akan bisa di gapainya.

Tiba-tiba tangan seseorang menggapai buku itu, membuat Mashiho refleks memutar tubuhnya, sehingga pandangannya justru jatuh ke dada bidang pemuda itu.

Hening. Tak ada yang memulai pembicaraan, sementara si pemuda yang memegang buku itu masih betah menatap sosok mungil di hadapannya saat ini.

"Maaf, tapi saya duluan yang melihat buku itu," tutur si pemuda kecil itu masih menatap ke arah dada si pemuda lainnya, tidak berani mendongak untuk sekedar menatap wajah yang berani mengambil buku incarannya.

Kekehan keluar dari mulut si pemuda di depannya. Mengambil atensi Mashiho untuk mendongak—melihat wajah yang ternyata sangat dekat dengannya.

Pemuda itu memundurkan badannya, membuat jarak yang pas diantara mereka. Lalu sedikit menunduk agar wajahnya sejajar dengan wajah Mashiho—kembali membuat jarak wajah mereka menjadi dekat.

"Kenapa kaku banget?, Aku kan cuma mau nolongin kamu," ujarnya lalu menyerahkan buku itu pada Mashiho.

Mashiho yang masih tak menyadari situasi hanya bisa diam menatap mata si pemuda itu, tanpa sadar badannya semakin menyandar pada rak buku, berusaha menjauhkan diri sejauh mungkin, walau hal itu percuma.

Karena tak kunjung mendapat respon, pemuda itu lalu mengambil tangan kiri Mashiho, lalu meletakkan buku setebal lima centi itu ditangannya.

"Mungil banget sih kamu, jadi gemes," ujarnya kembali dengan senyum dan mata yang masih setia menatap mata Mashiho

"Bang Yosh!, Dah ketemu ayo!," Panggil seseorang dari ujung lorong rak buku di perpustakaan, menarik atensi penghuni ruangan dengan tatapan kesal karena suara bisingnya.

"Sampai Jumpa," ujar Yoshi lalu memundurkan badannya sambil menepuk lembut kepala Mashiho dengan senyum dan pergi meninggalkannya.

(Penumpang kapal mashikyu, maaf aku buat karam disini ya kalianಥ‿ಥ, biasalah Yoshiho
(。・//ε//・。) )

Tanpa sadar Mashiho mendekatkan buku itu ke dadanya, mendekap buku itu dengan kedua tangannya erat. Badannya masih bersandar pada rak buku, merasa lemas di kakinya. Jika saja badannya tidak bersandar, mungkin saja tubuhnya sudah mendelosor di lantai perpustakaan.

Matanya masih tertuju ke arah perginya pemuda yang bernama Yoshi itu, dengan mulut sedikit membuka. Sekarang Mashiho jadi bingung.

Tinggi dia itu merupakan kesialan yang patut dihujat, atau merupakan sebuah anugrah?.

"Ah, kijoring kokate..."

"Apanya kak cio?," Tanya Junghwan dengan tumpukan buku yang penuh di tangannya.

TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang