Warning!, Mental illness⚠️. Kemungkinan terdapat kata atau tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan.
Yedam mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha menyesuaikan diri dari cahaya redup dalam ruangan. Sesekali meringis karena merasakan kepalanya yang sangat pening.
Perlahan ia mengedarkan pandangannya, menyapu ruangan kumuh dengan ukuran sekitar tiga kali enam meter itu. Udaranya terasa terlalu lembab ketika menyentuh kulit. Seketika ia yakin jika dia berada di gudang atau ruangan bawah tanah, mungkin ia akan segera mengetahuinya ketika matahari terbit besok. Ah dia ingat sekarang, kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.
Pemuda itu kembali meringis ketika merasakan ikatan tali tambang kasar di pergelangan tangannya, yang ia yakini jika kulitnya sudah amat memerah atau mengelupas sekarang, lecet.
"Y-yedam?,"
Yedam terkesiap ketika mendengar bisikan yang memanggil namanya. Berusaha menajamkan pendengaran dan penglihatannya, kembali menelisik ruangan dengan pencahayaan seadanya dari lampu remang di atas kepalanya saat ini.
"Asahi?" panggil Yedam setelah meyakini jika itu benar kawannya, bukan makhluk halus atau sejenis lainnya yang bergentayangan tanpa raga.
Benar saja itu adalah Asahi. Pemuda itu terlihat lemah dengan tangan dan kaki yang terikat, sama dengan dirinya. Bedanya jika Yedam di dudukan di kursi, Asahi dibiarkan tergeletak begitu saja dengan posisi meringkuk diatas lantai ruangan yang lembab dan dingin.
Napas Asahi terdengar berat di pendengaran Yedam saat ini. Dari sini ia bisa menyimpulkan jika Asahi sedang tidak baik-baik saja. Tanpa sadar napas Yedam tercekat ketika melihat Asahi yang bersusah payah menegakkan kepala untuk menatap dirinya. Walau kurang jelas tetapi Yedam bisa melihat ada noda lain di dahi Asahi, terlihat seperti darah yang sudah mengering.
"Asa lo nggak apa-apa?" Tanya Yedam terdengar bodoh untuk keadaan seperti saat ini.
Tentu saja Asahi sedang tidak baik-baik saja, tapi bukan itu masalahnya sekarang. Dia tahu jika kawannya itu sangat mengkhawatirkan dirinya. Itu sebabnya ia lebih memilih berdeham untuk memberitahukan pada Yedam, kalau dia baik adanya.
"Ada yang luka?" gantian kini Asahi yang bertanya, walau sedikit meringis saat berusaha menegakkan badannya agar berada di posisi duduk, dan dapat melihat wajah Yedam.
"nggak.." jawab Yedam pelan sambil sedikit menunduk, lalu matanya kembali menatap mata Asahi lekat, "kak Hyunsuk disini?"
Asahi menghela napas, terdengar sedikit sendu di pendengaran Yedam, bukannya menjawab, Asahi justru mengedikan dagunya ke sudut ruangan. Membuat Yedam secara refleks mengikuti arah pandang Asahi. Yedam terpaku di tempatnya, matanya menangkap sesuatu yang tampak asing, dia tak menyangka jika itu tubuh Hyunsuk jika tak memperhatikannya dengan benar-benar.
Hyunsuk dengan tubuhnya yang meringkuk seperti bola, terlihat jelas berusaha melindungi tubuhnya yang ntah dari apa. Yedam lalu menoleh cepat pada Asahi, seakan bertanya apa yang terjadi pada orang yang paling tua diantara mereka itu.
Asahi yang ditatap seperti itu tentu saja kembali merasa bersalah dan tanpa sadar menundukkan kepalanya. Membuat Yedam jadi ikut merasa bersalah karena membuat Asahi menjadi tidak nyaman.
"semua akan baik-baik saja," kalimat itu kembali membuat Asahi menegakkan kepala.
Terlihat berpikir sejenak Asahi akhirnya memutuskan akan memberitahukan pada Yedam tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"maaf, ini semua salah gue" mulai Asahi, lalu kembali melanjutkan ketika Yedam tampak hanya akan mendengarkan tanpa merespon, "e-ehm, g-gue nggak bisa menjamin kita keluar dengan selamat dari sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE
Fanfiction[Completed] Peridot > < Safir = Treasure !Warning! !BxB! !BoyxBoy! !Gay! !Homo! Homophobic jauh-jauh Start : 14-05-2021 Finish : 14-10-2021 Walau udah ending, tapi aku masih semangat baca komen kalian🙂👍🏼💎