4: pemikiran yang mencurigakan

2K 254 14
                                    


"Eh nanti ada tawuran nih di jalan amal, ikut nggak gang Lo?," Tanya Hyunjin yang mendudukan dirinya di depan meja Jihoon.

Jihoon menghela napas, sambil merenggangkan badan—terlalu lelah dengan pelajaran matematika yang berlangsung empat jam full tadi.

Hampir saja dia berhasil bolos jika tidak mengajak Junkyu si kembang desa yang ribetnya minta ampun, sehingga mereka gagal bolos.

Lalu bagaimana dengan Yoshi?, Cukup. Jangan tanyakan dia. Bahkan hingga sekarang pemuda berkedok harimau jadi-jadian itu sedang asik mengerjakan tugas rumah matematik yang baru di berikan dengan antengnya.

Bisa kalian bayangkan bukan Seberapa rajin seorang Kanemoto Yoshinori itu?. Tapi jika kalian bertanya apa dia selalu seperti itu?, Maka kalian salah. Hanya dengan mata pelajaran yang berkaitan dengan hitungan lah dia terlalu bersemangat.

"Skip deh gue, lagi malas" saut Jihoon.

Yap gang Hyunjin itu sama populernya dengan gang peridot. Tapi bedanya, gang Hyunjin itu lebih senang ke ranah tawuran dan terkenal ke luar atau dalam sekolah karena biang masalah akut. Karena gang Jihoon yang kemampuannya nggak main-main juga, yah jelas saja Hyunjin gas mengajaknya untuk join menambah kekuatan pasukan mereka.

"Lah kok gitu?!," Protes Hyunjin tampak kecewa, "kan biasanya gang Lo ikut, haduh sayang banget, ini kalau kita menang hadiahnya gede woi," kompor Hyunjin berusaha menyambar peluang bujukan.

Jihoon mengedikkan bahu, "ya ga ada, malas aja. Pokonya nggak," saut jihoon. Ini nih susahnya. Semua kekuatan dan peraturan gang peridot itu berpusat pada Jihoon. Sekali Jihoon bilang nggak, maka hal itu tidak akan terjadi sampai Upin Ipin dewasa sekali pun.

"Hoon ntar Luan aja ke kantin, noh si Jae nanya refrensi buku di perpus," saut Yoshi yang tiba-tiba muncul sambil menunjuk Jaehyuk yang melambai heboh di depan pintu kelas. 

Bikin malu Jihoon. Dan bodohnya lagi, Junkyu juga balas melambai tak kalah heboh dari arah kursinya.

"Hem," saut Jihoon pada Yoshi.

Kembali pada Hyunjin yang sudah mengangguk lemas, "ya udah deh, ntar kalau Lo berubah pikiran kabarin gue ya," ujar pemuda bermata sipit itu sambil melenggang pergi meninggalkan kelas Jihoon, menuju tongkrongannya.

Sebelum Hyunjin keluar kelas, tak sengaja netra Jihoon bertubrukan pada pemuda kecil yang baru saja menyimpan bukunya dengan tergesa, hampir bertabrakan dengan Hyunjin

"Wops, Wops, santai suk, badan Lo mungil. Bisa-bisa sekali bertabrakan dengan gue Lo malah ndelosor ke lantai." Sindir Hyunjin yang masih memegang lengan Hyunsuk, membantu si pemuda mungil itu untuk tetap seimbang.

"Heh!, Siapa Lo bilang mungil sat?!," Sinis Hyunsuk tak terima lalu menarik lengannya untuk pergi meninggalkan Hyunjin.

Hyunjin shock mendengar ucapan dari Hyunsuk untuk dirinya. "Untung aja tuh anak kalau marah ngegemasin, kalau ga dah habis di tangan gue," ujar Hyunjin dengan tangan yang mengelus dada, lalu kembali jalan menuju pintu kelas.

Tak tahu saja jika ada mata yang mengawasi dengan tatapan hendak mengoyak-ngoyak kulit.

Sial. Dia masih tidak terima dengan apa yang terjadi kemarin. Berani-beraninya pemuda kecil itu merusak mahakarya Tuhan yang indah ini.

"Liat aja nanti..." Desis Jihoon masih menatap kearah pintu.

"Hoon Lo punya kawan imajinasi ya?, Kok bicara sendiri?,"

Jihoon memutar matanya malas mendengar ucapan tak berfaedah dari Junkyu. Lalu memutuskan pergi untuk mengisi perutnya ke kantin.

"WOI BANGSAT!, GUE DI KACANGIN ANJIR!," Pekik Junkyu lalu lari terbirit-birit mengikuti Jihoon.

TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang