22: Kepergok

1.6K 198 17
                                    


Asahi mengerjapkan matanya berkali-kali, merasa pusing yang tiba-tiba melanda ketika matanya berusaha menyesuaikan kontras Dengan cahaya lampu tidur di nakas sebelah kasurnya.

Ah, dia ingat sekarang.

"Bodoh..., Kau merusak segalanya Sekarang," lirihnya tanpa sadar kembali menangis tertahan.

"Kamu nggak pernah merusak apapun kok sa,"

Asahi tersentak, lalu menolehkan kepalanya ke kanan, menemukan Jaehyuk yang ternyata tidur dengan posisi badan di lantai dan kepala menyender pada kasur, tanpa disadarinya ternyata Jaehyuk sudah menggenggam tangannya sejak tadi.

Jaehyuk mengedipkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya pemuda itu menegakkan badannya. Menatap Asahi yang kini masih terbaring tampak pucat.

Jaehyuk lalu tersenyum, mengelus lembut pipi Asahi dengan telapak tangannya, "ah iya, kamu pernah merusak sesuatu..," tutur Jaehyuk, membuat Asahi menatap serius padanya.

"Hatiku. Kamu merusak hatiku sa, makanya aku cinta banget sama kamu," Jaehyuk tersenyum ketika Asahi justru mendorong pundaknya dengan tangan kiri, yang berarti secara tak langsung Asahi juga tidak ingin melepas genggaman Jaehyuk.

Hening. Hanya ada Asahi yang sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Jaehyuk yang sibuk sambil memperhatikan wajah Asahi.

Mulai dari kening yang terdapat perban, lalu mata indah Asahi yang kini menatap langit-langit kamar, lalu menuju pipi chubby Asahi yang terlihat beberapa luka gores di sana, kemudian tatapan Jaehyuk fokus pada hidung mancung Asahi—terlihat proposional di wajahnya. Dan terakhir kini tatapannya berakhir di bibir Cherry Asahi.

Bagaimana mungkin?, Bagaimana mungkin pahatan dihadapannya ini bisa benar-benar indah?. Bahkan terlalu indah, hampir saja Jaehyuk mengira di depannya ini bukan manusia, tetapi boneka porselen yang harus dia rawat baik-baik saking khawatirnya jika boneka itu akan rusak.

"Yang lain gimana jae?," Cicit Asahi masih betah menatap langit-langit.

"Mereka baik-baik saja kok," jawab Jaehyuk yang masih fokus memperhatikan bibir Asahi.

Bibir Cherry itu perlahan bergetar, "harusnya aku tidak pernah lahir ke dunia, jadi tak akan ada satu orang pun yang terluka," kini aliran bening mulai mengalir turun dari pelupuk mata Asahi.

"Hey," panggil Jaehyuk lembut sambil sedikit menegakkan badannya, lalu menangkup pipi Asahi—mengarahkan perhatian pemuda ringkih itu kepadanya.

"Sa, kamu itu anugrah. Jangan pernah berpikir hal seperti itu sedikit pun. Tanpa kamu ketahui banyak orang yang sebenarnya sangat menyayangimu. Bagaimana perasaan mereka jika mendengar kamu mengatakan hal itu hum?. Bahkan aku sekarang benar-benar merasa sakit karena mendengar ucapan mu," jelas Jaehyuk tulus.

Asahi lalu mendudukkan dirinya di ranjang, menatap dalam Jaehyuk yang kini sedang bertumpu dengan kedua lututnya—juga menatap dirinya, bahkan sepertinya lebih dalam.

Jaehyuk mengerutkan keningnya ketika Asahi tiba-tiba merentangkan kedua tangannya.

"Jae mau peluk," ujar Asahi dengan bibir manyun dan tangan terentang ke udara, mungkin terlihat jelas bagi orang lain jika pemuda itu sedang sedih karena mata sembabnya, tapi bagi Jaehyuk tingkah Asahi itu justru sangat menggemaskan.

Jaehyuk terkekeh, lalu beranjak dari posisinya. Pemuda itu kini berlutut di hadapan Asahi, lalu memeluk tubuh mungil itu dengan Asahi yang mengalungkan tangan pada leher Jaehyuk, dan sesekali menyeka air matanya yang turun.

"Ihh jangan dorong-dorongan Jeongwoo," bisik Yedam kesal pada Jeongwoo yang kini menyenggol badannya.

"Iih kak Yedam, itu bukan Jeongwoo loh, noh bang Junkyu," tampak kesal kini Jeongwoo menatap tajam pada Junkyu.

TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang