49: Perencanaan

1.2K 167 14
                                    

Aku datang untuk selingan kalian yang malming di rumah bund✨🌚👍🏼

Btw, jangan nething dulu woi, bukan reply Ica uttaran yang tak berkesudahan ini Cerita kok🗿. Tenang aja, ngga bakalan lama lagi nih book end😌🤣.

.
.
.

Junghwan menghela napas berat ketika menangkap tatapan dari Jeongwoo.

Mata itu menatapnya penuh harap seakan anak anjing yang ingin bermain di taman. Terlalu lucu untuk diabaikan.

Satu helaan kembali lolos dari mulut Junghwan, dia menyerah karena sudah tak bisa tahan lagi.

"Apa uwo?" Tanya Junghwan akhirnya.

Sekarang keduanya sedang duduk di kantin rumah sakit. Niat awalnya, mereka ingin menjenguk Hyunsuk sekalian mengantarkan barang Jihoon, tetapi mereka justru disuguhi Opera sabun batang ketika ingin membuka pintu.

Benar-benar drama yang memuakkan.

Jeongwoo yang mendengar pertanyaan Junghwan itu hanya bisa mencebik kesal, mulutnya bahkan sudah mulai komat-kamit karena terlalu kesal dengan sikap tidak pekanya Junghwan.

Sementara Junghwan justru tersenyum tipis sambil menggeleng pelan, menegakkan daftar menu yang ada di kantin rumah sakit—berminat menanyakan pesanan yang Jeongwoo inginkan untuk di konsumsi.

Dengan setengah hati Jeongwoo menunjuk asal makanan itu, masih terlihat misuh tak jelas.

"Woo," panggil Junghwan yang  diabaikan dengan Jeongwoo—karena pemuda kelahiran September itu justru mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya, sungguh tidak jelas.

Junghwan masih tersenyum sabar, berusaha untuk memanggil si kekasihnya itu, "woo" panggil Junghwan sekali lagi.

"Apaan si-

Chup

Junghwan tersenyum lembut melihat wajah terdiam Jeongwoo akibat dari kecupan singkat yang ia terima.

Tangan Junghwan terangkat, mengelus lembut pucuk kepala Jeongwoo.

"Jangan merajuk lagi," sahut Junghwan, "gemes" tambahnya lalu berdiri karena ingin memesan makanan.

Dengan jahilnya Junghwan kembali mendaratkan kecupan singkat di pipi Jeongwoo, lalu berjalan cepat ke meja stan makanan.

Jeongwoo yang menerima perlakuan seperti itu hanya bisa terdiam kaku di kursinya. Dengan pelan jemarinya terangkat menyentuh pipinya yang tadi di cium Junghwan, lalu jemari itu turun untuk menyentuh bibirnya.

Masih terlalu shock dengan apa yang barusan terjadi.

"Sialan!" Kesal Jeongwoo, "jahat banget wan!, Kan jadi ambyar hati gue!" Maki pemuda itu yang masih memicingkan mata melihat punggung Junghwan dari jauh.

"Tapi suka..." Bisiknya pelan, kemudian terlihat malu.

💎

Di lain sisi dan di waktu yang sama, di dalam kafetaria yang tak terlalu sepi dan juga tak terlalu ramai, seorang pemuda terlihat sibuk menggaris sebuah skema di atas karton berwarna biru. Terlalu serius bahkan terasa seperti hanya dia saja yang ada di tempat itu.

Mungkin orang-orang berpikir tempat sejenis kafetaria itu biasa digunakan untuk berbincang santai atau sekedar nongki bersama teman lainnya. Ada pula beberapa yang menjadikan tempat itu sebagai wadah perbucinan, tetapi tidak dengan pemuda mungil yang kini tampak berkutat dengan peralatan tulisnya itu.

TREASURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang