Mama Park menggeleng tidak percaya dihadapan kamar si putra sulungnya. Batinnya lelah mendumel kesal karena melihat anaknya itu seperti babi mati di atas kasur.Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, dan Jihoon masih dengan tentramnya bergelung ria di atas busa ber-per yang empuk itu, mengabaikan pancaran cahaya yang menusuk wajah dari sela-sela jendela kamar yang sudah di buka oleh mama Park.
Jika kalian bertanya apa mama Park sudah insyaf tidak memarahi Jihoon untuk bangun?, Jawabnya salah. Beliau terlalu lelah untuk berteriak kesekian kalinya setelah dari kamar si bungsu yang tak kalah berbeda.
Terkadang mama Park sendiri heran, dosa apa yang dia lakukan di masa lalu sehingga punya dua anak yang sama-sama tidak berguna.
"Park Jihoon!, Sampai kapan kamu mau bercosplay seperti mayat terus ha?," Dengan tak sabaran mama Park langsung mengambil bantal yang digunakan sebagai tumpuan kepala Jihoon itu, mengabaikan erangan kecil dari bibir Jihoon.
"Apa kamu tidak tahu kalau kata orang, bangun lama itu nanti rejekinya di patok ayam!, Cepat bangun, jangan jadi beban orang tua terus," ceramah mama Park sambil memukul-mukul badan Jihoon dengan bantal di tangannya itu.
Jihoon kembali mengerang, lalu meringkuk sambil memeluk selimut yang semalam ia gunakan. Mengabaikan nyanyian pagi yang mungkin bisa memenangkan piala oscar itu.
"Permisi," terdengar suara dari arah lantai bawah setelah beberapa kali suara bel. Dengan segera mama Park melemparkan bantal di tangannya itu ke wajah Jihoon, beranjak sebelum emosinya kembali mendidih.
Sementara Jihoon?, Dia justru mengambil bantal itu, dan memeluknya bagaikan guling.
"Oh Hyunsukkie, kenapa nak?," Tanya mama Park ramah ketika melihat Tubuh mungil Hyunsuk dari arah tangga.
Hyunsuk tersenyum menyapa mama Park, membuat matanya hilang karena menipis, "ini ma, Bunda bikin bolu banyak, jadi Hyunsuk di suruh anterin kesini," jelas Hyunsuk sambil memberikan sebuah loyang berbentuk bulat.
Mama Park tersenyum, "yang lain juga?," Terlihat mengajak bicara, mama Park berjalan kearah dapur, membuat Hyunsuk mengekor di belakangnya.
"Iya ma, tadi adek ngantar ke rumah Yoshi, Yedam dan Junkyu, nah Hyunsuk nganter rumah Haruto, Jaehyuk, sama mama yang terakhir," kembali tampak menjelaskan, Hyunsuk membantu mengambil piring untuk Mama Park.
Mama Park mengangguk paham, karena ia tahu jika ibunya Hyunsuk itu sangat suka membuat kue, jadi tidak heran jika sering mengantarkan makanan seperti ini.
"Ih kalian mah rajin banget mau bantuin bunda pagi-pagi," saut mama Park tiba-tiba sambil membalikan loyang di atas piring.
Hyunsuk yang berdiri di samping mama Park terkekeh, tampak tertekan. Pemuda mungil itu yakin, pasti sebentar lagi jiwa julid mama Park membara.
"Tuh lihat tuh anak mama, udah pagi belum juga pada bangun," kan apa di bilang. Ngejulid itu sudah seperti mendarah daging di keluarga ini.
"Uwo udah bangun ya ma," saut Jeongwoo tiba-tiba muncul di dapur, bergerak menuju kulkas dengan mata setengah terpejam untuk mengambil air.
"Halah, harus konser dulu mama, baru kamu bangun." Sindir mama Park yang justru mendapat tawa dari Jeongwoo dan Hyunsuk.
"Mana tuh Abang kamu Park Jeongwoo?," Tanya mama Park sambil memotong bolu itu menjadi beberapa bagian.
"Masih semedi," jeongwoo lalu mendekat kearah Hyunsuk dan perempuan yang telah melahirkannya itu, menatap tergoda pada bolu yang tengah di mutilasi itu.
"Mau?," Tanya mama Park yang mendapat anggukan dari Jeongwoo.
"Cium mama dulu," tanpa pikir panjang Jeongwoo langsung mengecup pipi Mama Park. Hyunsuk yang melihat itu hanya tersenyum gemes melihat tingkah keduanya. Padahal dia sendiri juga sering seperti itu di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE
Fanfiction[Completed] Peridot > < Safir = Treasure !Warning! !BxB! !BoyxBoy! !Gay! !Homo! Homophobic jauh-jauh Start : 14-05-2021 Finish : 14-10-2021 Walau udah ending, tapi aku masih semangat baca komen kalian🙂👍🏼💎