Warning!, masih mengandung unsur Mental illness⚠️. Kemungkinan terdapat kata atau tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan🙏🏻⚠️. Peringatan!, Chap terpanjang yang aku tulis di book ini—untuk penutup.Rencananya ini chap terakhir sebelum aku unpub༎ຶ‿༎ຶ
please enjoy on the last chap
(っ˘̩╭╮˘̩)っ🙏🏻"Adek ayo kejar kakak!, Hahaha," pekik senang seorang anak kecil yang berusia sekitar tujuh tahunan, berlari lincah dengan boneka berbentuk robot di tangannya.
"Kakak!, Tungguin adek!, Hahaha," balas anak kecil lain yang di perkirakan dua tahun lebih muda.
Seorang pria paru baya tersenyum jenaka memandangi kedua buah hatinya yang terus berlarian heboh di dalam rumah mewahnya. Bahkan tak satu pun pelayan yang dapat menahan senyum tulus mereka ketika melihat kedua tuan muda mereka yang terus berlarian mengabaikan larangan atau kekhawatiran pada keduanya itu.
"Hikun, nanti adek kamu jatuh," tegur seorang wanita berjalan mendekati kedua anak kecil yang masih sibuk berlarian.
"Mama!" Pekik kedua anak kecil itu lalu berebut minta di gendong. Sementara sang wanita hanya bisa terkekeh gemas karena tingkah keduanya.
"Nggak ada yang mau sama papa nih?," Terlihat memasang wajah sedih, sang kepala keluarga Hamada mulai membuat gesture seakan merentangkan tangan—bersiap menerima siapa saja yang akan meloncat ke dalam pelukannya.
Bukan pelukan yang menjadi balasannya, tetapi justru kedua bocah itu yang dengan kompak menggelengkan kepala mereka—menolak dengan tegas pelukan sang ayah.
"Niki aja yang sama papa, nah Sahi sama mama," si anak yang lebih tua mulai mendorong bahu adeknya itu agar yang lebih muda jatuh ke dalam pelukan ayah mereka.
"Iiih, ndak mau!. Adek mauna sama mama, kakak aja yan ma papa," tampak merajuk Niki menggeleng-gelengkan kepalanya heboh, dengan tangan yang terlipat di depan dada dan wajah sedikit mendongak sambil memejamkan mata—merajuk.
"Nanti kalau sama papa, nikun di kasih mobil-mobilan, mau nggak?" goda sang kakak tak mau menyerah untuk mengusir adeknya secara halus, misinya tentu saja untuk memonopoli pelukan sang ibunda.
Nyonya Hamada yang mendengar hal itu mencebik kesal, lalu mulai berkacak pinggang, "mama juga bisa beli kok!, Malah sekalian pabriknya" bangga Nyonya Hamada sambil bersedekap di depan dada.
"Iiih, mama mah gitu," Protes Asahi yang memanyunkan bibir, mulai menghentakkan kaki karena merajuk, "kakak kan maunya sama mama," rengek Asahi kemudian merentangkan tangan minta di gendong sambil sedikit berjinjit.
"Ndak bolehhh, adek mauna sama mama. Mama mau gendonggg," rengek si bungsu tak kalah kencang dari sang kakak, menarik pelan lengan sang kakak yang terulur, lalu ikut merentangkan tangannya.
Terlihat puas wanita paru baya itu menatap pamer pada suaminya, seakan bangga jadi bahan perebutan. Dalam hati tuan Hamada sudah misuh karena merasa iri, lalu sebuah ide jahil terlintas di dalam otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE
Fanfic[Completed] Peridot > < Safir = Treasure !Warning! !BxB! !BoyxBoy! !Gay! !Homo! Homophobic jauh-jauh Start : 14-05-2021 Finish : 14-10-2021 Walau udah ending, tapi aku masih semangat baca komen kalian🙂👍🏼💎