31|cuma temen

193 13 1
                                    

Happy reading.

Bara terus berusaha menelpon Rindi.Sudah puluhan kali tapi tetap tidak diangkat.Harusnya Bara menjelaskan soal kejadian di kantin tadi secara langsung.Tapi karena ada salah satu Anggota OSIS yang kecelakaan,Maka Bara harus turun tangan dengan segera.

Jabatan OSIS nya yang hampir selesai membuatnya sangat sangat Repot.Tentusaja yang dia inginkan adalah Support dari sang pacar.Tapi sampai saat ini,hanya ada pertengkaran diantara dia dan Kekasihnya.

Gadis itu,Pertama kali dia lihat saat MOS.Tali pita yang Dia gunakan untuk menguncir rambutnya itu berwarna Kuning,sangat menyala.Seperti kecantikannya,mampu membuatnya tergila gila.Beberapa kali mencoba mendekati,Gadis itu meresponnya dengan baik.Hingga Bara memberanikan diri untuk mendatangi Rumah gebetannya itu.Walaupun tatapan tajam sang ayah sangat membuatnya kalang kabut,tapi Dia tetap berusaha tenang.Mengangap Jika itu langkah awal untuk mendekati gadis pujaannya juga keluarganya.Dia juga memberanikan diri untuk menembak Rindi.Walaupun dia rasa itu terlalu cepat,Tapi Bara memang menginginkan Rindi sejak lama.

Siapa yang menyangka cinta pandangan pertama itu terjadi padanya.Permasalahan muncul di minggu awal hubungan mereka.Kakak sang pacar tidak menyukainya.Dia tidak mengatakan langsung memang,Tapi Tatapan sinis,juga ucapannya yang seakan mengklaim Bara sebagai cowok tidak tau aturan karena bertamu ke rumah perempuan malam malam.Itu cukup untuk membuat Bara tau,apa yang terjadi sekarang.Mau berusaha,tapi Rindi menolak,Dia bilang dia akan merayu Kakaknya dulu.

Permasalahan lain muncul lagi.Hubungan mereka seperti pasangan pada umumnya,bertukar pesan romantis,telpon saat malam hari.Janjian untuk berbicara berdua di koridor sepi.Tapi ada satu nama yang jika disebut maka pertengkaran terjadi pada mereka.Itu masalah mereka.Arga yang tidak tau apa apa justru terseret dalam hubungan mereka.

"Ah sial", pekik Bara melempar ponselnya ke kasurnya hingga terpental bawah bantal.

Dia mengacak rambutnya frustasi.Ternyata se berat ini tanggungan OSIS.Semua ini terasa melelahkan.Mungkin karena dulu,fokusnya hanya pada sekolah dan OSIS,sedangkan sekarang ada kekasih yang juga harus Ia perhatikan.Selang beberapa menit,Ponselnya berdering.Panggilan masuk dari orang yang Ia tunggu sejak tadi.

"Kenapa Kak?" Tanya seseorang di seberang,suaranya khas seperti orang bangun tidur.

"Kemana aja susah banget dihubungi" Sarkas Bara.

"Ketiduran"

"Bisa bisanya ya.Gue dari tadi khawatir sama Lo,terus Lo malah enak enakan tidur."

Rindi menghembuskan napasnya kasar.Matanya terpaksa terbuka,walau masih belum jelas semuanya."Tumben khawatir? Biasanya juga nggak pernah nanya"

"Jaga omongan Lo Rin.Gue masih pacar Lo."

"Iya tau.Tapi apa ada pacar yang tega main tanagn sama ceweknya sendiri?" Rindi terlalu lelah untuk berpura-pura Ia baik-baik saja.Bara sudah keterlaluan dan Rindi harus cepar bertindak.

"Iya Aku tau aku yang salah.Aku yang minta backstreet an.Tapi nggak bisa seenaknya gitu.Makan berdua sama Cewek,terus nanti kalo aku marah kamu alesannya OSIS.Basi tau nggak." Lanjut Rindi.

"Itu juga yang aku rasain pas kamu sama Arga jalan bareng."

Rindi mendengus kesal "Kenapa bawa-bawa Arga sih?"

"Ya kamu Bawa bawa Zahra"

"......................" Keduanya diam.Beberapa detik.Memendam emosi emosi masing masing.

"Rin.Maaf." ucap bara setelah berhasil memendam emosinya.

Bara sadar,Ia memang kurang bisa mengontrol emosi.Dan kalau sudah emosi tidak tanggung tanggung,Dia bisa main kasar walaupun dengan perempuan.Mungkin diluar sana,orang orang mengira bahwa Bara itu sosok yang nyaris sempurna.Ramah dengan semua orang, Tutur katanya yang sopan dan semua yang baik baik ada di diri Bara.

My Sweet BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang