prolog

44.1K 3.7K 112
                                    

Halo!

Ceritanya lagi di revisi dan akan di up secara bertahap.

🌳H a p p y  r e a d i n g🌳

Hidup didalam sebuah rumah sederhana tanpa melihat dunia luar itu seperti apa?  Bertahun-tahun hanya mendengar cerita dari orang tua yang mengatakan bahwa dunia luar itu kejam. Banyak monster jahat yang akan menghancurkan, lalu bagaimana dengan nasib nya nanti? Dia ingin melihat dunia luar yang bahkan dia tidak tahu bagaimana bentuk dan seperti apa rasanya melihat dunia luar.

Aluna Rafa, gadis cantik itu hidup seperti Rapunzel. Tidak boleh keluar dari rumah dan tidak boleh menonton tv.

Gila? Ya orang tuanya memang gila.

Mereka takut anak mereka tidak dapat bersosialisasi dengan dunia luar, tapi bukan itu alasannya, ada alasan lain yang membuat mereka takut.

Mereka selalu mengatakan bahwa dunia luar itu banyak monster, banyak monster yang menjelma sebagai manusia baik lalu menusuk dari belakang.

Gadis itu percaya, dia selalu percaya apa yang di katakan oleh orang tuanya. Karena yang Aluna tau orang tuanya berkata jujur tidak berbohong padanya.

Terdapat banyak pertanyaan di otak kecil Aluna, rasa ingin melihat dunia luar semakin menggebu-gebu ketika umurnya menginjak 16 tahun. Dia ingin tau bagaimana dunia luar itu? Apakah bagus? Menyenangkan? Atau banyak monster seperti yang di bilang orang tuanya.

Tapi jika di pikirkan pakai logika lagi, kalau ada monster harusnya orang tuanya tidak perlu keluar rumah kan? Harusnya orang tuanya berdiam diri didalam rumah seperti dirinya kan?

Karena setahunya monster adalah makhluk jelek yang menyeramkan, dan akan memakan orang-orang yang menganggu. Dan kalau di pikirkan lagi, semua orang pasti akan takut dengan monster kan?

Karena setahunya monster adalah makhluk jelek yang menyeramkan, dan akan memakan orang-orang yang menganggu. Dan kalau di pikirkan lagi, semua orang pasti akan takut dengan monster kan?

Pikiran itu selalu datang di otak kecilnya, jiwa penasaran memberontak ingin keluar dan melihat dunia luar.  Maka gadis cantik itu merencanakan sesuatu yang bahkan belum pernah di pikirkan sebelumnya.

Aluna berencana mengambil kunci di dalam kamar ayah dan ibunya, nanti malam.

Sekitar pukul 20.00 Aluna mengendap-endap masuk ke dalam kamar orang tuanya, kedua orang tua Aluna sedang keluar menghadiri syukuran tetangga yang rumahnya jauh.

Aluna tidak di ajak jadilah di menggunakan kesempatan ini untuk melancarkan aksinya. Sebelum masuk kedalam kamar orang tuanya, Aluna lebih dulu mengambil duplikat kunci kamar orang tuanya.

Aluna menatap kamar yang menurutnya luas itu, dan mungkin lebih luas dari kamarnya. Aluna membuka laci-laci tapi tidak memberantaki-nya sebab kalau berantakan orang tuanya pasti curiga.

Ada empat laci yang sudah Aluna periksa tapi tetap tidak ada, dia beralih ke lemari orang tuanya entah kenapa dia merasa kunci itu ada di selipan-selipan baju orang tuanya.

Dan benar saja, Aluna menemukan sebuah kunci berwana emas di lipatan baju paling bawah dan sedikit jauh. Dengan cepat Aluna memasukkan kunci itu kedalam kantung bajunya, sebelum itu dia sempat merapikan pakaian-pakaian lalu memeriksa laci-laci yang tadi dia bongkar agar tidak menimbulkan kecurigaan.

•••

Di sebuah negara yang memiliki pemandangan segar, terdapat sebuah lelaki dengan umur sekitar 17 tahun, dia sudah menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan milik keluarganya sendiri.

Dia Ravel Morrison, anak tunggal dari bapak Atlas Marrison.

Ravel sebenarnya bukan anak kandung dari Atlas, dia anak kandung dari istri kedua Atlas—Nia.

Jika kalian bertanya apakah bapak Atlas selingkuh? Maka kalian salah besar, istri pertamanya meninggal saat melahirkan putri mereka. Sedangkan Nia dia menjanda sebab suaminya meninggal dalam bekerja.

"Kamu kapan pulang? Bunda udah nangis-nangis ini," keluh seorang pria paruh baya di seberang sana.

Ravel tertawa ngakak, lalu meminta ayahnya untuk memberikan ponsel kepada bundanya.

"Halo bunda?" Ucapnya lembut.

"Hiks... Kapan pulang Avel?"

Ravel tersenyum lebar, bundanya lucu sekali!

"Nanti ya? Kerjaan Ravel masih banyak, belum lagi tugas sekolah, kalau bunda kangen, bunda aja datang ke sini ajak ayah," jawab Ravel.

"Ayah kamu sibuk! Dia lebih cinta sama kertas-kertas itu dari pada bunda," seru Nia sebal.

"Aku sayang sama kamu honey," seru Atlas tidak terima.

Ravel tertawa kecil, kedua orang tuanya memang seromantis dan selucu itu.

"Bunda? Udah dulu ya? Ravel ada meeting," ujarnya tak enak.

"GAK KAMU, GAK AYAH SAMA AJA! SAYANGNYA SAMA KERTAS BULUK ITU!" pekik Nia lalu mematikan sambungan telpon.

Ravel memegang telinga yang berdengung, bundanya ini sangat tidak kalem sekali.

•••

Hai!!

Ada yang masih nunggu cerita ini?

Aku harap kalian jawab iya

Enjoy with my third story' guys!!!

14 Mei 2021

RAVEL-ALUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang