°🌳🌳🌳°
I hope you will enjoy with my stroy
Don't forget to clik stars n coment
Thank you°🌳🌳🌳°
11.RAVEL- ALUNA
Kini mereka sudah sampai didepan mansion Ravel. Mansion ini berbeda dengan yang dia beli atas nama Aluna. Mansion ini atas namanya dengan warna yang herba hitam. Mungkin orang di luaran sana akan heran karena pembawaan Ravel itu ceria.
Dia mengangkat Aluna lalu membawa gadis itu kedalam mansion miliknya. Mungkin sekarang dia akan tinggal disini karena tidak mungkin dia menginap terus di mansion Wiratama walau bapak Farhan akan setuju-setuju saja.
Ravel membaringkan Aluna diatas kasur berwarna hitam.
Ravel mengecup dahi Aluna lama, setelah itu dia menarik selimut dan meninggalkan kamar, ada yang harus Ravel urus.
Ravel masuk kedalam ruangan serba hitam yang dipenuhi banyak pistol dan benda-benda tajam lainnya. Dia membuka salah satu lemari yang berisi pistol lalu masuk kedalamnya. Dibalik lemari itu ada sebuah ruangan yang hanya Ravel yang tau.
Ravel mengambil salah satu buku yang bertuliskan nama 'Aluna Rafa' dia membuka kertas itu pelan, membaca setiap biodata gadisnya. "Bukan anak kandung," gumam Ravel.
Ravel kembali meletakkan dokumen itu ditempatnya dia menatap foto Aluna yang sengaja dia pasang disana.
"Gadis kecil yang tersesat," gumam Ravel.
Ravel memang menyelidiki tentang siapa keluarga Aluna karena wajah gadis itu sedikit kebarat-baratan sedangkan orang tuanya Indonesia asli,itu membuat Ravel bertanya-tanya.
Ravel duduk diatas kursi kebesarannya, dia mengambil sepuntung rokok dan menghisapnya. Ravel menghembuskan asap rokok tersebut keatas lalu matanya menatap ke salah satu figura yang terpanjang diruangan itu figura itu terpajang di bagian musuh-musuh Ravel.
"Amber."
Setelah mengatakan itu Ravel mematikan rokoknya dan menuju tempat dia menyiksa Amber bukan di belakang mansion Wiratama lagi karena Ravel sudah memindahkannya.
Ravel melajukan mobilnya, dia sudah mengatakan kepada maid dimansion itu jika Aluna bangun kasih tau gadis itu bahwa dia ada urusan.
Ravel sampai ditempat Amber, gubuk tua yang atapnya sudah tidak benar lagi. Ravel masuk, dia disambut pemandangan Amber yang nyawanya sudah di awang-awang.
"Bagaimana?" Tanya Ravel dingin.
"T-tuan, m-maafkan s-saya," mohon Amber.
Ravel tersenyum sinis menatap Amber. "Kau sudah aku peringatkan untuk tidak menyentuhnya! Tapi kau masih menyentuhnya! Jadi terimalah konsekuensinya!"
Amber menangis sambil menatap Ravel memohon, jujur saja Amber tidak menyesal dikurung disini, karena dia sering melakukan hal yang iya-iya disini bersama beberapa bodyguard Ravel.
Setelah itu Ravel memilih untuk keluar dari gubuk tua itu. Dia memilih untuk pergi ke cafe, mencari suasana agar otaknya tidak panas.
Ravel memesan red Velvet dan cappuccino, red Velvet itu untuk Aluna karena gadis itu suka kue red Velvet Ravel mengetahuinya dari tangan kanannya.
Ravel menatap jalanan dengan dingin, ini bukan Ravel yang terkenal receh, ini Ravel yang berbeda. Ravel menatap ponselnya berbunyi telpon dari mansion, Ravel mengangkatnya suara yang pertama dia dengar adalah suara Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEL-ALUNA [END]
Ficção AdolescenteAluna Rafa gadis cantik dengan mata indah, semasa hidupnya Aluna tak pernah keluar rumah, sekolahpun tidak. Aluna hanya diam dirumah, melakukan pekerjaan rumah. Hidupnya monoton, hanya makan, minum, melakukan pekerjaan rumah hanya itu. Dia tidak dip...