1

2.1K 162 11
                                    

'Pak, tunggu sebentar. Nanti saya lebihkan...'

Tarif yang muncul di aplikasi, Rp 43.000. Kalau memang mau dilebihkan, seenggaknya orang itu memberikan uang Rp 50.000. Lumayan juga kan lebihnya, bisa buat beli pop mie. Sukur-sukur, uang lebihannya sampai Rp 100.000. Langsung sujud sukur aku, karena bisa makan nasi padang pulangnya nanti.

"Pak, baksonya seporsi berapa?"

"Dua puluh ribu, mas. Mau urat apa telor..?"

Wajar harga segitu, mengingat aku sedang berada di salah satu area pusat bisnis bergengsi di Jakarta, alias SCBD.

"Telor, pak. Bawang gorengnya dikit aja.."

Orang-orang yang bekerja di kantoran itu, .emang keren-keren penampilannya. Yang cowok tinggi, putih, dan ganteng. Yang ceweknya juga cantik, dan elegan.

"Pak, es kelapanya. Jangan pakai susu."

Karena aku baru dapat uang dari Kak Victor, makanya aku berani jajan berlebih. Ditambah lagi, bensin motorku sudah terisi penuh. Jadinya aku bisa tenang, seenggaknya sampai besok lusa.

Persis di depanku, ada beberapa pekerja yang juga lagi makan somay. Dari cara mereka duduk, bicara, tertawa, saling menatap lawan bicara, ketahuan banget kalau mereka itu pasti lulusan universitas ternama.

"Mas..."

Aku baru mau menyeruput kuah bakso yang sedang mengepul-ngepul, tiba-tiba ada mbak-mbak yang menghampiriku.

"Iya, bu..?"

"Lagi nunggu customer? Kalau nggak, bisa anterin saya..? Saya bayar double..."

Bukannya mau menolak rezeki, masa iya aku nggak jadi menikmati bakso sama es kelapa yang baru aja kupesan ini...?

Satu butir bakso masih aku kunyah, sudah ada lagi yang datang dengan tujuan yang sama. Kali ini, om-om gemuk yang wajahnya menurutku lumayan tampan.

Tapi, ya --- dengan berat hati aku tolak lagi penawarannya yang menggiurkan itu.

Saat lagi membelah bakso besar yang isinya sebiji telor, aku didatengin lagi sama mas-mas ganteng. Untuk fisiknya sih, nggak perlu aku jelasin panjang lebar lagi.

Dia sedang terburu-buru, minta diantar ke rumah sakit. Cuma mau bagaimana, acara makanku belum selesai. Lagi pula, ada banyak driver lain yang juga lagi nganggur di sekitarku..

"Yang tadi itu, manager bagian accounting.."

Lagi menyeruput bihun, aku noleh ke arah kanan. Ada om-om berwajah misterius, tapi keren, lagi narik kursi sambil megang gelas es kelapa juga.

"Kuliah, atau..."

"Kuliah." Jawabku cepat.

Diam-diam aku memperhatikan, gerak-gerik orang ini benar-benar mencurigakan. Penampilannya seperti pekerja kantoran lainnya. Tapi, aku merasa kalau ada sesuatu yang nggak biasa darinya.

"Jurusan? Dimana...?"

"Hukum. UI."

Aku selalu ingat pesan Bang Agung. Kalau ada orang yang kepo ke aku, aku harus selalu bilang kalau aku itu mahasiswa hukum, di UI.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang