51

44 7 0
                                    

"Makanya, saya senang sekali saat saya akhirnya bisa terbebas dari Willy. Tidak apa-apa saya digaji kecil oleh Pak Mike waktu itu. Yang penting, saya bisa bersama dengan Den Bryan.."

"Dia ngelakuin itu ke semua orang-orang yang kerja di rumahnya?"

"Seperti itulah, den. Dan sepertinya Pak Setyanto pun sudah tahu. Hanya saja dia tidak ikut campur."

"Padahal, Willy itu dulu kan baik dan perhatian orangnya."

"Justru semenjak pisah sama Den Bryan, sifatnya langsung berubah drastis." Pak Agus menghela pelan. "Tiada hari yang pernah saya lewatkan, tanpa hantaman benda tumpul darinya.."

"Harusnya Pak Agus keluar aja. Ngapain terus bertahan disana..?"

"Tidak semudah itu, Den Bryan. Dia selalu mengancam akan mengirimkan video persetubuhan itu kepada keluarga kami.."

"Sabar ya, pak. Karena bapak kan tahu, sekarang aku lagi menyelesaikan masalah yang menyangkut dengan Regi."

"Iya, den."

Aku turun dari mobil. Memperhatikan rumah megah, dengan hamparan mobil-mobil mewah yang terparkir rapih di garasinya.

Hidupku memang sudah berubah. Hanya saja, kenapa aku tidak bisa sedamai dan setenang seperti dulu, saat hidupku masih biasa-biasa saja...?

Aku ketuk kaca jendela. Pak Agus langsung menurunkan kaca jendela tersebut.

"Besok lagi ya, pak."

Pak Agus senyum-senyum sambil memijat dahinya.

"Mau nggak..?"

"Memang beda rasanya, kalau dilakukan bukan dengan sebuah keterpaksaan."

"Hehe.."

"Den Bryan.." Pak Agus memanggilku lagi.

"Apa, pak?"

"Nanti malam juga bisa.."

"Besok aja, pak. Biar kekumpul dulu tabungannya.."

"Den Bryan bisa aja."

Suasana dalam rumah, kelihatannya sepi. Lampu-lampu di ruang tamu, ruang tengah, dan ruang keluarga, dibiarkan menyala dengan temaram.

"Kakek sama nenek kemana, bi?" Tanyaku.

"Sedang menghadiri makan malam dengan relasi, den.."

"Mas Tama..?"

"Pak Tama sedang ada urusan bisnis ke luar negeri."

Di meja makan, cuma ada Zilan yang sedang menyantap makan malam. Meskipun cuma dia seorang, tapi makanan yang tersaji, rasanya cukup untuk disantap oleh belasan orang.

"Gimana pemakaman Mas Wira, Feb..?"

"Kamu sendiri, gimana perkembangannya dengan Regi?"

"Aku dapat info dari Aldi.."

"Info?" Aku ambil sedikit nasi, dengan lauk tumis brokoli dan ayam mentega.

"Dia lihat, Willy sama Regi lagi makan bareng di McD."

"Hmm, baguslah."

"Kok bagus..?"

Sambil makan, aku coba untuk telepon Mas Tama. Kupikir karena dia lagi perjalanan bisnis, jadi nggak akan mau menjawab teleponku.

'Ada perlu apa..?'

"Gitu banget sih, mas. Orang mah salam, sapa, ramah dulu.."

'Adik mas yang paling mas sayang, ada perlu apa sampai harus menghubungi mas..?'

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang