3

959 123 3
                                    

"Heh, suara laptop lu bikin kuping gue sakit!"

Tinggal ngetik 3 kalimat lagi, konsentrasiku langsung buyar saat Regi mendatangiku dengan celana renangnya yang berbentuk segi tiga itu.

Aku tarik tangan kanannya, supaya dia duduk di sebelahku. Kusingkirkan sementara laptop tuaku, dari pangkuan.

"Woii, latihan yang bener!" Regi teriak, sambil nunjuk ke arah beberapa siswa kelas X yang lagi dorong-dorongan di pinggir kolam.

Aku ambil banyak-banyak krim tabir surya, kemudian kuletakkan di telapak tangan. Setelahnya, aku oleskan sedikit-sedikit di beberapa bagian tubuhnya Regi. Mulai dari jidat, kedua pipinya, hidung, dagu, leher, tangan, dada, punggung dan kakinya.

"Beli ratusan ribu, kalau nggak dipakai, buat apa..?"

"Baunya nggak enak! Lu kan bisa nyium sendiri...!"

Nggak pakai tabir surya pun, sebenarnya nggak papa. Karena kolam renang di sekolahku itu, posisinya ada di dalam ruangan. Jadi nggak ada sinar matahari yang masuk. Kecuali saat pagi dan petang.

"Lu masih lama?"

"Mungkin setengah jam lagi. Kenapa?"

"Orang nanya, kok balik nanya!"

Regi itu termasuk siswa berprestasi di sekolahku. Tapi, bukan dalam hal pelajaran. Soalnya, untuk urusan nilai dia itu jeblok banget. Jauh di bawahku.

Meskipun badannya nggak atletis kayak anak-anak basket, tapi dia punya lumayan banyak penggemar fanatik. Padahal kalau dipikir-pikir, dia itu kan berkulit gelap, dan galak orangnya.

"Ngapain lu remes-remes dada gue mulu, hah...?!"

Aku tersentak. Kutarik tangan kananku. "Nanti aku kirim tugas kamu habis isya."

"Lu jangan balik dulu!"

"Kamu mau ngajakin aku makan?"

"Makan?" Regi tersenyum sinis. "Emangnya lu mau gitu, tiap kali gue ajakin makan ke restoran..?"

"Ya jangan ke restoran mahal, Regi. Kan banyak warteg di dekat sekolah..."

"Najis!"

Aku harus menyelesaikan beberapa tugas fisika, punya siswa kelas X. Ashar ini aku bisa kirim semuanya, lumayan. Aku bisa dapat uang lagi sejutaan, dari hasil mengerjakan soal-soal yang bukan kepunyaanku ini.

Tiba-tiba mendesak aku kebelet pipis. Kutinggalkan begitu saja tas, laptop, dan juga kertas-kertas tugas di kursi pinggir kolam.

Begitu masuk ke ruang ganti, suasananya dingin dan sepi. Beberapa pintu kamar bilas, dalam keadaan terbuka. Sementara semua bilik toilet yang ada, hanya 2 bilik saja yang dalam keadaan terbuka.

Kalau aku pipis di kamar bilas, sebetulnya bisa aja. Tapi, bisa gawat kalau ada yang tahu, apalagi sampai mencium bau pesing nantinya.

Aku pilih toilet yang tengah, dan sengaja kubiarkan pintunya kebuka. Biar aku bisa tetap melihat, kalau-kalau ada orang lain yang masuk. Lagian, biar hawanya nggak serem juga.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang