13

519 77 7
                                    

Sementara Regi lagi mandi, ini kesempatanku buat menghisap kontol Mas Taka kembali. Setidaknya sampai dia memuntahkan sperma segarnya lagi di dalam mulutku.

Aku tidak punya banyak waktu. Karena Regi pun kalau mandi, nggak sampai 10 menit lamanya.

Setidaknya, aku sudah melakukan hal gila ini sampai semingguan lebih lamanya.

"Kamu mau nginep disini selamanya?"

Dia menoleh. Kedua matanya menatap tajam padaku.

"Kenapa? Lu keberatan? Disini juga, gue nggak numpang hidup gratis. Tiap minggu gue transfer lima juta. Masih kurang?"

"Hmm, kurang sih. Coba aja kalau kamu nginep di hotel. Pasti sampai sepuluh juta..."

Lagi-lagi, ucapanku ini asal dan nggak berfaedah. Pas lagi ngunci pintu depan, hapeku berdering. Bunyi notif sms masuk. Aku langsung menoleh ke arah cowok manis, berkulit sawo gelap itu.

"Jadi orang protes mulu! Inilah, itulah...!" Regi misuh-misuh sendiri.

Benar saja. Dia baru saja mentransfer uang sebanyak Rp 15.000.000, ke rekeningku!

"Ngapain lu liat-liat?! Masih kurang?!"

"Aku kan nggak serius, Regi.."

"Muka lu ngeselin!"

"Ayo, kita berangkat."

Mas Adnan juga baru keluar. Jadi, kita barengan naik liftnya. Sekilas aku mencium bau yang harum sekali, saat pintu depan rusunnya kebuka.

Hanya saja, aroma wangi yang kucium itu agak aneh. Bukan pengharum ruangan, obat serangga semprot, apalagi wangi molto.

"Nanti gue latihan renang. Maghrib baru balik."

Aku juga mau ketemu sama Pak Kian nanti. Selama sakit kemarin, lubang anusku ini udah berkedut-kedut ingin merasakan dirojok batang kontolnya lagi.

"Udah sembuh, Feb..?"

"Udah, mas. Hehe.."

Mas Adnan, orangnya nggak begitu tinggi. Tapi kalau dilihat dari fisiknya, dia itu seperti mas-mas jawa. Dengan wajah lokalnya yang nggak ngebosenin.

"Ayo, Feb. Duluan.."

"Ehh, iya mas. Hati-hati."

Aku harus ngikutin Regi ke parkiran khusus mobil. Sedangkan Mas Adnan, langsung jalan menuju ke arah jalan raya.

"Lu kalo mau makan, makan aja. Nggak usah nungguin gue."

"Iya, Gi. Tenang aja."

Dia memberikan uang dua ratus ribu. "Awas aja lu masih makan pop mie...!"

Regi harus agak memutar, melewati belakang minimarket. Kebetulan banget, karena ada Bang Niko yang lagi buang sampah basah.

"Gi, berhenti sebentar.."

"Ada yang ketinggalan, hah? Udah sih, tinggal beli lagi...!"

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang