2

1.1K 127 5
                                    

"Bukannya ngajakin sholat subuh berjamaah, dateng-dateng malah minta jatah!"

"Yaa, si adek. Namaya juga cowok. Wajar kan, tiap pagi gini ngaceng..?" Dengan santainya Bang Agung ngejawab, sambil memakai celananya lagi.

"Nggak mandi sekalian, terus sholat subuh dulu?"

"Nanti ajalah.." Sekarang dia malah ngerokok. "Mumpung abang belum nikah sama si Yesi, sekali lagi abang tanya sama kamu. Kamu mau nggak jadi isteri abang..?"

"Aku hajar ya, bang!?"

"Abang serius, dek.."

"Aku mau mandi...!"

Bang Agung narik tangan kiriku. Dia mendudukanku di pangkuannya.

"Emang abang belum pantes jadi suami?"

"Capek, aku tuh.."

"Abang udah punya pekerjaan tetap. Meskipun cuma kasir minimarket, gaji abang udah lima juta. Abang juga udah punya motor sport, tabungan, rumah peninggalan orang tua di kampung.."

Aku tepuk-tepuk sebelah pipinya. "Sadar ya, bang. Aku ini cowok."

"Terus kenapa?!" Dia masih menahanku. "Abang cinta dan sayang sama kamu. Emangnya salah?"

"Udah ya bang, aku mau mandi. Kalau aku sampai kesiangan, terus telat..?"

Bang Agung kembali melumat bibirku. Kontolku berkedut-kedut lagi. Kudorong tubuhnya menjauh. Kali ini aku berhasil melepaskan diri darinya.

"Abang balik dulu, dek. Nanti malem istirahat, abang kesini lagi."

"Iya, abang..!" Jawabku dari dalam kamar mandi.

Kubersihkan seluruh tubuhku, terutama bagian kontol dan lubang anusku. Padahal aku sudah bilang untuk mengeluarkannya di mulut, tapi manusia kepala batu itu, kalau sudah kepalang tanggung, pasti keluarinnya di dalam pantatku.

Ada uang Rp 150.000 di atas meja makan, dengan sekantung penuh tas belanjaan berisi cemilan. Sekarang baru tanggal 14, masih tengah bulan. Seharusnya Bang Agung nggak usah ngasih-ngasih aku uang segala. Aku jadi ngerasa makin nggak enak sama dia.

Selesai sholat subuh, aku menghitung uang yang kudapatkan kemarin. Dari Kak Victor, sama Tante Hafsah aja, jumlah semuanya yang hampir mencapai nominal 3 jutaan..!

Aku beneran nggak nyangka, kalau Tante Hafsah ngasih aku uang sampai dua juta!

Dia juga bilang, kalau nggak hujan tadinya dia mau ngajakin aku ke mall buat beli hape baru. Tapi aku tolak, karena kalau aku punya hape baru, pasti Regi akan langsung curiga nanti.

Jam 05.45 pagi, aku bersiap-siap buat turun ke parkiran. Begitu keluar dari unit rusun yang kutinggali, suasananya gelap, dan mencekam. Padahal langit sudah mulai terang. Tapi suasana dan kondisi di lantai yang kutempati ini, tetap aja nggak berubah.

Pintu tetangga di sebelah kiriku terbuka. Sesosok wanita dengan tinggi semampai, keluar dengan aroma parfumnya yang wangi.

Meskipun sebelahan, aku dan dia tak pernah saling bertegur sapa. Tapi yang aku tahu dari Bu Sita -- isterinya Pak Jaja, wanita yang tinggal di sebelah kiriku itu, kerja di showroom mobil.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang