44

47 7 0
                                    

"Itu alasan kenapa aku nggak mau dekat-dekat sama kamu, Feb..."

Bajingan! Bangsat! Penjahat kelamin! Hitam buluk! Anak koruptor sialan!

Rasanya masih banyak lagi, kata-kata umpatan yang ingin kutujukan padanya. Terlebih saat aku melihat rekaman video asusila yang ada di grup anak-anak klub renang.

Bisa-bisanya dia menyodomi pantat adek-adek kelasnya, sambil tertawa terbahak-bahak seperti itu!

Padahal, tiap kali berhubungan seks denganku, dia selalu berlagak santai dan tenang. Seolah benar-benar lagi menikmati tubuh dan lubangku!

"Aden lagi nonton video apa?"

"Ehmm..."

"Maaf, kalau saya ---"

"Video skandal si hitam, pak!"

"Skandal...?"

"Ternyata si Regi selama ini berbuat cabul dan bejat sama adik-adik kelas!"

"Berbuat bejat bagaimana, den?"

"Siapa aja yang mau gabung klub renang, harus mau disodomi dulu sama dia! Harus direkam terus dishare juga di grup!"

"Kok bisa-bisanya tidak ketahuan sama guru ya, den?"

"Gurunya juga bejat, pak!" Aku perlihatkan video saat Regi dan Pak Kian sedang menyetubuhi satu siswa yang aku nggak tahu pasti, siswa itu dari kelas mana.

Pak Agus cuma melihat sekilas. Kasihan juga dia, kalau lagi nyetir tiba-tiba ngaceng nanti.

Aku telepon Mas Surya. Aku ajak dia ketemuan di hotel melati. Kuberitahukan kalau aku punya berita mendesak penting, yang harus segera kusampaikan.

Belum sampai di hotel yang kutuju, secara mengejutkan Zilan menelepon. Dia bicara sambil berbisik-bisik. Aku cuma bisa dengar beberapa kata saja. Kemudian sambungan telepon itu terputus. Dan dia mengirimiku sebuah titik lokasi.

'Aku harus bicara sama kamu, Feb. Sebelum semuanya terlambat...'

"Pak, kita kesini dulu..."

"Baik, den."

Memang beda ya, antara aku sama Zilan. Meskipun sekarang statusnya sudah berubah jadi anak seorang pengacara terkenal, tetap saja aku masih belum berani untuk menginap apalagi mengadakan pertemuan rahasia di hotel mewah.

Sampai di lobi, aku mencari-cari keberadaan Zilan. Di saat sedang bingung itulah, ada seseorang yang harus berjalan dengan menggunakan bantuan skrup, mendekatiku.

"Ayo kita ke atas.."

"Kamu, kenapa?"

Orang itu ternyata Zilan. Aku benar-benar tak bisa mengenalinya. Karena menurutku, penyamarannya itu sangat gila dan totalitas sekali.

"Yang membunuh Pak Kian, bukan Alden. Tapi Regi.."

"Kamu jangan sembarangan bicara..."

Sampai di lantai 35, Zilan keluar dari dalam lift. Akupun mengekor di belakangnya. Dengan dia yang saat ini sedang menyamar, membuatku hilang selera melihatnya. Meskipun saat di jalan tadi, aku sempat kepikiran untuk bisa menumpahkan sperma segarku di dalam lubang analnya.

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang