23

356 58 0
                                    

"Selamat pagi. Mulai hari ini, kelas kita kedatangan penghuni baru. Tidak usah berkenalan pun, kalian seharusnya sudah mengenalnya..."

Pak Raga ini bicaranya benar-benar to the point. Tidak bertele-tele, langsung kepada intinya. Begitu juga dengan ekspresi dingin dan tegasnya tersebut.

Diraihnya spidol dari meja guru, kemudian dengan cepat dia membuat sebuah soal.

Grafik fungsi f(x) = ax– bx+ cx + 12 turun jika ….

"Bisa kamu kerjakan..?" Tanya Pak Raga, sambil menyodorkan spidolnya padaku.

Baru sekali ini, aku menginjakan kaki di kelas yang berisikan siswa siswi unggulan. Aku bahkan belum sempat meletakan tas, serta mengambil nafas untuk sekedar menenangkan hati dan pikiran.

Tapi Pak Raga, sudah memberikanku sebuah soal.

Meski dengan tangan gemetar, aku bisa menjawab soal tersebut.

Namun, mimpi buruk ini belumlah berakhir. Dia kembali menulis soal lainnya, dan terus melakukannya, hingga seluruh papan tulis, penuh dengan coretan rumus beserta uraian tulisan tanganku.

"Kamu tahu, soal apa yang baru saja saya berikan..?"

"Kalkulus integral.."

Pak Raga mengangguk. Kemudian dia memberikanku sebuah meja kosong yang berada tepat di barisan paling belakang pojok kiri.

Di kelas XI IPA-I, memang hanya terdiri dari 25 siswa saja. Dengan adanya aku disini, berarti sekarang jumlahnya bertambah menjadi 26 siswa.

Terdiri dari 16 cowok, dan 10 cewek. Mereka semua kelihatan sekali berwajah tegang, dan serius. Nggak ada satupun dari mereka yang terlihat sambil mengemil makanan ringan di dalam kelas. Jangankan makan, sekedar mengecek hape pun nggak ada yang melakukannya.

Ketika pergantian jam pelajaran, atau saat sedang tidak ada guru pun, mereka berkonsentrasi dengan buku cetak dan lembar kerjanya masing-masing.

Mungkin, dengan pindahnya aku ke kelas ini, aku bisa dapat teman dan pengalaman baru.

Tapi nyatanya, sampai bel pulang berbunyi, aku belum mendapatkan satu teman baru pun disini.

Pak Raga masuk kembali. Saat jam istirahat, ketua kelas memberitahu kalau pulang nanti Pak Raga akan kembali ke kelas untuk memberikan lembar soal tugas.

"Silahkan kerjakan secara berkelompok. Waktu kalian hanya dua jam saja." Ucap Pak Raga.

Semua siswa seolah sudah tahu, akan berkelompok dengan siapa. Hanya aku saja, yang masih bingung karena tak ada seorang pun yang tertarik dengan kehadiranku disini.

"Reino, kamu dengan Febryan."

Aku mencari-cari mana cowok yang dimaksud oleh Pak Raga, bernama Reino itu.

Cowok jangkung, berkacamata, dengan bibirnya yang berwarna pink pucat itu, menghampiriku. Dia mengangguk, dengan senyum kikuknya. Aku pun membalas senyumannya.

Pandanganku mengedar ke seluruh penjuru kelas. Ternyata, mereka semua membentuk kelompok dengan beranggotakan tiga orang.

Tapi tunggu dulu. Kalau aku nggak ada di kelas ini, apa itu artinya --- aku melirik ke Reino. Dia memang jangkung. Tapi aku nggak pernah lihat cowok ini, ada di club manapun.


The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang