56

39 7 0
                                    

Setahun Kemudian...

"Nggak usah, sayang...!!"

"Yakin?" Kutatap mata cewek yang umurnya setahun lebih tua dariku itu. "Aku nggak tanggung ya, kalau kamu sampai..."

Bibirku dilumatnya. Kalau sudah begini pun, aku tidak bisa apa-apa selain mengikuti apa yang diinginkan olehnya.

Kugerakkan pinggulku maju dan mundur. Sesekali aku menghentak, hingga dia menjerit dengan segala kenikmatan yang dirasakannya.

"Sayang, aku keluaarr...!!"

Tubuh Anneke bergetar hebat. Kurasakan liang vaginanya berkontraksi hebat. Cairan hangat miliknya, kian terasa melumuri batang kontolku. Bahkan cairannya itu sampai meluber keluar, saking banyaknya.

Wajahnya memerah. Dada serta perutnya, sesekali masih mengejang. Tanda bahwa dia belum stabil mengatur nafas, karena klimaksnya barusan.

Kucabut kontolku dari vaginanya. Kali ini, gantian kumasukan jemari tanganku. Kurojok-rojok vaginanya, sampai dia menjerit minta ampun.

Ssrrsshhh...

Air pipisnya muncrat kemana-mana. Disaat itulah kubenamkan wajahku di lubang kenikmatannya. Rasanya getir, hangat, dan juga lezat.

Tiap kali air pipisnya berhenti mengalir, kurojok kembali vaginanya tanpa ampun!

"Sayanggg, udahhh..!! Udahhh, pleassee...!!"

Aku naik ke atas kasurnya. Dengan kontolku yang masih ngaceng, kupipisi seluruh tubuhnya yang menggairahkan itu.

Meski aku tahu dia sudah tidak ada tenaga dan gairah sama sekali, namun aku kembali menghujam lubang vaginanya yang hangat itu, dengan kontolku.

Ccrrettt...!!!

Spermaku menyembur berkali-kali. Kedua matanya telah memejam. Lagi-lagi dia kehilangan kesadaran, sama seperti sebelumnya.

Aku berpindah ke sisinya. Kunyalakan sebatang rokok, sambil membiarkan kontolku berkedut-kedut, mengeluarkan sisa-sisa terakhirnya.

Hape Anneke berbunyi beberapa kali. Dahiku mengerenyit, memperhatikan wajahnya yang tampak polos itu.

Kudekati wajahnya, kulumat bibirnya, sambil kuhembuskan asap rokok dari mulutku ke mulutnya.

Kutempelkan telunjuk kiri Anneke pada layar hapenya. Beberapa notif WA masuk dari nomer yang sama sekali tidak kukenal.

Hanya saja, foto cowok yang sedang menyengir dengan helm hitam, si pemilik nomer yang mengiriminya WA --- membuat dahiku berkerut.

Satu kata yang terucap keluar begitu saja dari mulutku.

Sialan...!

Kutempelkan batang rokok yang masih menyala, tepat di payudaranya. Seketika itu kedua matanya membuka. Aku berpindah ke atas tubuhnya. Kubekap wajahnya dengan bantal tidur.

Anneke terus menjerit, dan meronta-ronta. Namun aku sama sekali tak memperdulikannya.

Gerakkannya melemah. Kedua kaki dan tangannya, kini sudah tak bergerak lagi. Sebuah luka bekas sundutan rokok, kini tercetak jelas pada payudaranya yang indah indah itu.

Dia belumlah mati. Karena aku tak bisa membiarkannya mati begitu saja.

Aku berpindah ke vaginanya. Kubuka kedua kakinya lebar-lebar. Kujilati sejenak, kemudian kuberikan beberapa kali tonjokkan, hingga darah segar mengalir dari dalam lubang vitalnya itu.

Kusempatkan untuk membersihkan seluruh kotoran dan bau yang melekat pada tubuhku. Jangan sampai kakek dan nenek curiga, saat aku pulang nanti.

"Assalamualaikum, nenek. Iya nek, aku lagi mau belanja sebentar. Rencananya aku mau ke panti asuhan. Sudah sebulanan, aku nggak lihat keadaan adik-adikku disana. Akan kusampaikan salam nenek dan kakek.."

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang