24

348 59 2
                                    

Di satu sisi aku bersyukur karena aku telah menemukan orang tua dan saudara kandungku yang sebenarnya. Tapi di sisi lain, aku nggak munafik kalau aku sangat merindukan kehidupan pada hari-hari sebelumnya.

Dulu, hampir setiap hari ada aja orang yang mengajaku untuk melakukan hubungan badan. Tapi sekarang, aku cuma bisa coli sendirian untuk melampiaskan syahwatku yang tertahan.

Kalau aku ketemu Kak Victor, Kak Rasta, dan beberapa temannya yang waktu itu pernah menggilir tubuhku, mereka semua cuek. Seolah nggak pernah mengenalku sama sekali.

Begitu juga Pak Kian. Jangankan menegur, melihat sambil senyum saja nggak dilakukannya.

Beberapa hari belakangan ini, aku juga nggak pernah melihat keberadaan Regi.

Seharusnya, dengan warna kulitnya yang berbeda itu, aku bisa dengan mudahnya menemukan dia di antara cowok-cowok berkulit putih bersih lainnya.

Dia nggak mungkin pindah sekolah. Sebab, dia itu kan bukan tipe cowok yang bisa diajak ribet. Meskipun disini dia nggak punya teman, tapi aku yakin 1000% dia nggak akan pernah pindah dari sekolah ini.

Abang juga ngebosenin. Bolehlah dia itu jadi cowok paling keren dan digilai di sekolah ini. Punya wajah ganteng, badan atletis, bulu ketiak rapih lebat, tapi kenapa dia sama sekali nggak punya nafsu kepadaku...?

Masa iya, tidur semalaman dengan kondisi sama-sama telanjang bulat, dia bisa sama sekali nggak ngaceng...?

Apa mungkin, abang itu cowok normal yang cuma suka sama lubang memek...?

Tapi, aku nggak pernah lihat abang deket sama siapapun. Kecuali...

"Ngelamun..."

"Aldi.."

"Kenapa? Pasti di kelas baru ngebosenin, ya..?"

Aku menghela. "Ya begitulah. Dari mulai pagi, jam istirahat, sampai pulang lagi, mereka pada sibuk sama bukunya masing-masing." Aku menghela pasrah. "Emang, dengan terus melototin buku, mereka bakal bisa kayak Einstein gitu..?"

"Kamu udah dengar belum, Feb..?"

"Dengar...?"

Aldi itu bukan cowok yang suka ngegosip, apalagi ngebicarain keburukan seseorang. Meskipun dia agak gendut, tapi aku masih penasaran dengan bentuk kontolnya.

"Bokapnya Regi ditangkep.."

Aku langsung ingat dengan uang, perhiasan, dan emas yang dititipkan Om Erwin kepadaku.

"Rumah, kendaraan, semuanya disita."

Apa mungkin, itu alasan aku nggak lihat Regi belakangan ini..?

"Hhaahh..." Aldi menghela. "Kamu ini sama aja. Nggak pernah berubah. Padahal punya grup WA, tapi nggak pernah update.."

"Aku sibuk belajar, Aldi.."

"Belajar?" Senyum Aldi itu manis, dengan wajahnya yang nggak ngebosenin. "Baru masuk semingguan tahun ajaran baru aja, semua soal LKS udah kamu kerjain.."

"Regi nggak masuk, ya..?"

"Masuk. Emangnya kamu nggak lihat?" Ekspresi Aldi berubah seketika. "Feb, aku balik dulu."

The Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang